Rabu 26 Oct 2016 14:53 WIB

Detektor Merkuri Bawa Mahasiswa UGM Menang Kompetisi di Kanada

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Dwi Murdaningsih
Hidangan laut mengandung merkuri, perhatikan betul agar anak tidak terpapar merkuti tinggi dari makanan laut yang disantapnya.
Foto: Republika/RakhmawatyLa'lang
Hidangan laut mengandung merkuri, perhatikan betul agar anak tidak terpapar merkuti tinggi dari makanan laut yang disantapnya.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Alat deteksi merkuri karya mahasiswa UGM berhasil menyabet juara dalam ajang International Invention Innovation Competition Canada (ICAN) 2016 yang  berlangsung di Toronto, Kanada. Alat yang dinamai Mercury Auto Detection System (MADS) ini memperoleh medali emas setelah mengalahkan puluhan pesaing dari negara lain.

MADS dikembangkan oleh lima mahasiswa Fakultas Teknik yaitu Andy Aulia Prahardika, Al Birru Kausal, Luthfia Adila, I Made Wiryawan, dan Tirta Inovan. Alat ini dibuat karena keprihatinan mereka terhadap maraknya penjualan berbagai produk makanan, obat, serta kosmetik berbahan merkuri yang membahayakan kesehatan.

“Sebenarnya sudah ada alat deteksi merkuri pada makanan maupun obat, yakni Sepktrofotometer  serapan atom (AAS). Tetapi dimensinya terlalu besar sehingga tidak bisa digunakan untuk pengujian di lapangan,” kata Andy Aulia, Selasa (15/10).

Selain itu harganya juga mahal, yakni sekitar Rp 200 juta. Karena itu, Andy dan kawan-kawan mencoba mengembangkan alat deteksi merkuri yang bersifat portabel dengan dimensi yang lebih kecil dari alat yang sudah ada.

Dengan begitu alat ini pun dapat digunakan dalam proses pengujian bahan makanan saat sidak. Hasilnya pun dapat diketahui saat itu juga. Tidak hanya itu, MADS juga diproduksi dengan harga yang jauh lebih murah yakni sekitar satu juta rupiah.

Adapun prinsip kerja alat ini hampir sama dengan spektofotometer. Larutan yang dijadikan objek pengujian ditembakkan oleh sinar monokromatik, kemudian akan diserap oleh detektor warna. Selanjutnya, warna yang diperoleh akan dideteksi dengan kriteria zat-zat yang ada.

“Nantinya MADS tidak hanya bisa mendeteksi merkuri, tetapi juga bisa mendeteksi zat lain,” kata Andi menjelaskan.

MADS sendiri lahir dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) 2015 dan mendapatkan dana hibah penelitian dari Dirjen Dikti pada tahun 2016. Hingga saat ini MADS telah mengalami dua kali pengembangan dan kini tengah menjalani proses pengembangan ketiga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement