Selasa 11 Oct 2016 02:26 WIB

Banyak Perguruan Tinggi Dinilai Kurang Efisien

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yudha Manggala P Putra
Laboratorium komputer, ilustrasi.
Foto: Blogspot
Laboratorium komputer, ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Sejauh ini, ternyata banyak perguruan tinggi negeri maupun swasta di Tanah Air yang dinilai tidak efisien. Indikasinya, kecenderungan pengelola perguruan tinggi untuk terus menerus menambah ruang kuliah dan juga pembangunan sarana laboratorium di masing-masing fakultas.  

''Hal ini kami nilai tidak efesien, karena tidak kenyataannya tidak selalu setiap ruang kuliah terisi dengan kegiatan kuliah mahasiswa. Demikian juga dengan laboratorium yang ada di masing-masing fakultas, seharusnya tidak perlu setiap fakultas memiliki laboratorium sendiri-sendiri,'' jelas Dirjen Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan  Teknologi Kemenristek Dikti, Prof Dr Ali Ghufron Mukti, di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Senin (10/10).

Untuk itu, ke depan pihak Kemenristek Dikti akan lebih mendorong konsep sharing resources, sehingga kegiatan pendidikan di lingkungan pendidikan tinggi bisa lebih efektif, efisien dan terintegrasi.

Menurutnya, kebanyakan perguruan tinggi selama ini, banyak memiliki laboratorium di masing-masing fakultasnya. Terutama untuk program pendidikan eksakta. ''Masing-masing program studi, memiliki laboratorium sendiri-sendiri yang sebenarnya pemanfaatannya sama,'' jelasnya.

Misalnya, untuk program studi pertanian, memiliki laboratorium Kimia. Demikian juga program studi eksakta lain di perguruan tinggi yang sama. Hal ini, dinilai Ali Ghufron tidak efisien, karena satu laboratorium sebenarnya bisa digunakan untuk kebutuhan berbagai program studi.

Untuk itu, pihaknya akan mendorong agar setiap perguruan tinggi lebih mengembangkan laboratorium terpadu yang bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa dari berbagai program studi. ''Dengan demikian, anggaran yang ada bisa digunakan untuk kebutuhan lain yang lebih bermanfaat, misalnya untuk pengembangkan sarana laboratorium terpadu agar bisa semakin lengkap, atau untuk kebutuhan riset,'' jelasnya.

Menurutnya, dengan pengembangan laboratorium terpadu, maka pemeliharaan atau maintenance juga menjadi lebih mudah dan tidak membutuhkan terlalu banyak banyak SDM atau sumber daya lainnya. ''Untuk mendukung pengembangan laboratorium terpadu di perguruan tinggi ini, nanti akan kita didik pegawai khusus PLP (Pranata Laboratorium Pendidik),'' jelasnya.

Selain masalah laboratorium, Alin Ghufron juga menyatakan, keberadaan ruang kuliah di masing-masing program studi juga perlu lebih diefektifkan. Hal ini karena ruang kuliah yang ada di masing-masing perguruan tinggi, seringkali tidak dimanfaatkan secara optimal untuk kegiatan kuliah mahasiswa. ''Sebenarnya ngapain punya ruang kuliah banyak-banyak. Setiap perguruan tinggi, tidak perlu harus terus menerus membangun ruang kuliah bagi setiap program studinya tanpa memperhatikan pemanfaatannya,'' katanya.

Selama ini, seringkali ditemukan satu ruang kuliah hanya dimanfaatkan untuk satu atau dua kali kegiatan kuliah selama sehari. Padahal, setiap ruang kuliah sebenarnya bisa dimanfaatkan lebih dari itu.

''Efisiensi penggunaan ruang kuliah ini sebenarnya bisa dilakukan setiap perguruan tinggi. Pihak pengelola program studi hanya tingga sistem informasi terpadu mengenai penggunaan ruang kuliah yang ada. Dengan demikian, pengelola perguruan tinggi tidak perlu membangun ruang kuoiah terus menerus,'' jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement