Kamis 29 Sep 2016 19:56 WIB

Dosen Unpad Ini Olah Limbah Rajungan Jadi Minuman Kesehatan

rajungan
Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
rajungan

REPUBLIKA.CO.ID, JATINAGOR -- Banyaknya limbah cangkang rajungan yang tidak termanfaatkan di pesisir Pantai Utara Cirebon, menginspirasi dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Padjadjaran, Dr Emma Rochima SPi MSi untuk mengolah limbah tersebut menjadi minuman kesehatan.

Mulanya, limbah cangkang rajungan tersebut dia olah menjadi kitosan. Kitosan ini pun dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Antara lain di bidang biomedis, pertanian, dan pangan, yang  salah satunya adalah sebagai bahan membuat minuman kesehatan. Setelah dilakukan uji secara in vitro dan in vivo (pada mencit C3H), diyakini bahwa jika dikonsumsi secara rutin dengan dosis tertentu, minuman ini dapat mencegah kanker payudara.

"Jadi, si kitosannya saya buat edible film dulu. Lalu, saya masukan ke formulasi minuman,” ungkap Emma, seperti dilansir laman: unpad.ac.id, belum lama ini.

Untuk memperoleh manfaat sebagai anti-kanker, minuman ini dapat dikonsumsi satu sampai dua gelas setiap harinya. Emma mengungkapkan, alasannya mengolah kitosan tersebut menjadi minuman kesehatan. Menurutnya, dengan menjadi minuman yang enak dan praktis untuk dikonsumsi, tidak akan memberi kesan bahwa produk itu adalah obat.

“Kenapa saya bikin dalam bentuk minuman? Supaya orang minum itu tidak terkesan bahwa dia minum obat tapi sebagai minuman yang menyenangkan sekaligus menyehatkan,” ujar Emma yang kini juga menjabat sebagai Kepala Laboratorium Pengolahan Hasil Perikanan FPIK Unpad.

Untuk dapat diproduksi pada skala industri atau diujikan langsung pada pasien kanker sebagai bagian dari pengobatan, Emma mengakui, masih ada rangkaian penelitian lagi yang harus dilakukan.

“Memang itu makanan yang Insya Allah aman. Tapi, perlu langkah yang lebih dalam  lagi, tidak sembarangan,” ujar perempuan kelahiran Bandung, 28 Juni 1971 ini.

Selain sebagai produk pangan dan kesehatan, kitosan juga memiliki banyak manfaat. Di bidang pertanian misalnya, kitosan juga dimanfaatkan sebagai pembasmi hama. Kitosan dinilai lebih aman dari pestisida, dan tidak akan mengganggu perkembangan tanaman. Selain itu, kitosan juga banyak digunakan untuk penjernih air dari limbah logam berat, bahan matriks kromatografi, dan masih banyak lagi.

Selain dari cangkang  rajungan, kitosan dapat berasal dari bahan lain, seperti  cangkang udang, jamur, dan sebagainya. Namun, Emma lebih memilih untuk mengolah dari cangkang rajungan. Ini karena, selain limbah ini masih banyak yang belum termanfaatkan, juga ada banyak keuntungan  lain dari setiap proses pembuatan kitosan dari bahan tersebut.

Emma menjelaskan, bahwa untuk membuat kitosan dari cangkang rajungan, harus melewati serangkaian proses, mulai dari deproteinasi (menghilangkan protein), dekalsifikasi/demineralisasi (menghilangkan kalsium/mineral), bleaching (menghilangkan pigmen), hingga deasetilasi (menghilangkan gugus asetil dari kitin menjadi kitosan). Saat deproteinasi  dan deklasifikasi misalnya, protein dan kalsium yang terbuang, dapat dimanfaatkan kembali untuk fortifikasi produk pangan lain. Selain itu, dari proses bleaching, pigmen yang dihasilkan dapat juga dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas ikan hias.

“Proses pembuatan kitosan sudah melalui sistem zero waste yang menghasilkan produk sampingan berupa protein, kalsium, dan pigmen atau zat warna,” ujarnya.

Dikatakan Emma, saat ini, masyarakat di pesisir Cirebon sudah banyak yang mulai menyadari pentingnya peningkatan nilai cangkang rajungan. Ini karena, Emma dan tim  kerapkali menyosialisasikan kepada masyarakat pesisir mengenai pentingnya mengolah limbah rajungan tersebut, khususnya untuk menjadi kitin dan kitosan.

Berbagai penelitian terkait kitosan ini sebenarnya telah Emma rintis sejak  2002, dan terus dilakukan perkembangan penelitiannya hingga kini.  Saat ini, Laboratorium  Pengolahan Hasil Perikanan tengah bekerja sama dengan Pusat Penelitian Nano Teknologi Unpad untuk  melakukan riset tentang pemanfaatan nano teknologi dalam  bidang pangan.

Emma pun sedang mengembangkan penelitian nano kitosan, agar dapat meningkatkan efektifitas manfaat kitosan di dalam tubuh. “Jadi kitosan yang saya buat, saya ubah partikelnya menjadi partikel nano. Supaya dia lebih cepat menyerap ke dalam darah,” ungkapnya.

Dalam bentuk nano, akan ada banyak manfaat lagi yang bisa didapatkan dari kitosan. Selain sebagai minuman, nano kitosan juga dapat dimanfaatkan sebagai penyalut (pembungkus) makanan yang aman dan ramah lingkungan. Di bidang kesehatan, nano kitosan juga akan bermanfaat sebagai bahan pembawa obat (drug delivery) kanker agar dapat lebih efektif bekerja dalam tubuh dan tidak mengganggu sel normal lain.

“Untuk itu, laboratorium pengolahan hasil perikanan menyiapkan sediaan kitosan baik dalam bentuk serbuk, serpihan, larutan, maupun dispersi yang akan disesuaikan dengan aplikasi pemanfaatannya,” ujarnya.

sumber : unpad.ac.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement