REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berasal dari keluarga yang sederhana, Mita Restiana memiliki mimpi yang besar untuk bisa melanjutkan jenjang pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Akan tetapi, kondisi keuangan yang terbatas membuat Mita menghadapi jalan buntu untuk bisa melanjutkan pendidikan di tingkat universitas meski ia sudah diterima di sebuah perguruan tinggi favorit.

"Saya datang dari keluarga yang mungkin tidak seberuntung kalian. Ibu saya ibu rumah tangga, ayah saya seorang penjahit," ungkap Mita di hadapan 329 teman sesama wisudawan Swiss German University dalam upacara wisuda SGU ke-13 di Pullman Hotel, Central Park, Ahad (25/9).

Swiss German University Wisuda 329 Lulusan Angkatan Ke-13

Meski terasa menghadapi jalan buntu, Mitha tak mau mengubur impiannya untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi. Suatu hari, lanjut Mitha, ia mendapatkan informasi mengenai beasiswa penuh yang ditawarkan oleh SGU.

Meski kemampuan bahasa Inggris Mitha kala itu masih terbatas, Mita memutuskan untuk mengikuti tahap seleksi untuk mendapatkan beasiswa dan belajar di SGU. Setelah melewati tahap penulisan essai, assesment test dan wawancara, tiga minggu kemudian Mita dinyatakan lulus dan mendapatkan beasiswa.

Meski merasa senang, Mita mengaku juga merasa takut. Lulusan dari Fakultas Business Administration and Humanities ini khawatir jika nanti tak ada yang mau berteman dengannya karena ia memiliki latar belakang 'berbeda'. Mita pun merasa takut jika ia tak bisa mempertahankan beasiswa yang bisa didapatkan karena ia harus mempertahankan IP minimal 3,5 tiap semesternya.

"Tapi ternyata saya salah, saya punya teman yang sangat baik, yang tidak melihat latar belakang ataupun merek tas yang saya gunakan," kata Mitha.

Ikuti Whatsapp Channel Republika