REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), Donna Dominica, membuat alat penyiram dan pemupuk tanaman otomatis. Dengan alat ini, tanaman yang ditaman secara vertikal akan disiram secara otomatis sesuai pengaturan.
Saat ini, lahan di perkotaan semakin menyempit. Kondisi ini menciptakan kesempatan untuk berkebun secara ventrikultur atau penanaman secara vertikal. Namun, cara ini memiliki kesulitan dalam hal sistem pengairan dan pemupukan yang kebanyakan masih dilakukan secara manual oleh masyarakat.
Hal itu mendorong Donna Dominica untuk menciptakan alat penyiraman dan pemupukan otomatis pada media tanam Ventrikultur. Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UKWMS ini mengaku, inspirasi utamanya yakni neneknya yang seorang petani cabai ventrikultur di Malang. Faktor usia membuat neneknya terkadang kesulitan bila melakukan penyiraman serta pemberian pupuk secara vertikal. Donna pun bertekad membuat alat ini untuk mempermudah kegiatan neneknya.
“Oleh karena itu dengan kemampuan yang saya dapat dari kuliah jurusan elektro, saya ingin membuat alat yang bisa digunakan untuk bertanam secara vertikal,” ujar Donna saat ditemui di kampus UKWMS, beberapa waktu lalu.
Alat ini bisa dibuat dari bahan sederhana seperti pipa PVC, atau dengan bambu. Pipa-pipa ini terhubung dengan pompa air untuk menyalurkan air ke tanaman. Alat ini dipasangi empat sensor kelembaban tanah. Sensor akan menghitung rata-rata kelembaban tanah. Untuk pemupukan akan otomatis dilakukan selama 15 setik sekali dalam sepekan.
“Penyiraman akan jalan terus selama tanah belum lembap. Kalau sudah mencapai batas kelembaban, maka alat akan berhenti menyiram,” kata dia.
Pembuatan alat berlangsung sekitar enam bulan dengan biaya Rp 300 ribu. Alat ini dibuat sebagai tugas untuk skripsi dengan dosen pembimbing Andrew Joewono dan Yuliati. “Mereka adalah dosen yang selalu memberi sumbangsih ide konstruksi alat, rangkaian elektronika, juga masukan-masukan yang bermanfaat,” ujar Donna.
Donna berharap, alat ini dapat mempermudah orang-orang yang tidak punya banyak waktu maupun orang dengan kondisi fisik terbatas untuk berkebun. Seperti para pekerja, orang yang kekurangan lahan, hingga lansia. Sebab, peluang untuk bertanam dengan cara ventrikal sangat besar di zaman modern ini. Ia juga berharap, dengan alat ini berkebun menjadi kegiatan yang praktis dan menyenangkan, bukan melelahkan. Mahasiswa kelahiran Solo ini berharap alat ini banyak diminati dan bermanfaat bagi masyarakat umum.