Sabtu 23 Jul 2016 15:55 WIB

Menristekdikti: Dosen Minimal Bergelar Doktor

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Andi Nur Aminah
 Menristekdikti M Nasir. (Republika/Tahta Aidilla)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Menristekdikti M Nasir. (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menegaskan, perguruan tinggi di Indonesia diharapkan bisa meningkatkan kualitasnya ke depan. Sebab, saat ini Indonesia harus menghadapi persaingan cukup berat di era MEA ini.

"Kualitas perlu ditingkatkan dan itu harus dimulai dari sumber dayanya. Salah satunya dosen minimal bergelar doktor," ujar Nasir saat dialog pendidikan bersama civitas akademik Universitas Riau (Unri) di Gedung Rektorat Unri, Pekanbaru, Riau, Sabtu (23/7).

Untuk mendapatkan gelar ini, Nasir tidak menampik akan ada sejumlah dosen yang mempermasalahkan biayanya. Menurut Nasir, saat ini pihaknya telah menyediakan 2.300 beasiswa dalam maupun luar negeri bagi para dosen. Angka ini cukup besar apalagi Taiwan telah menawarkan 1.000 beasiswa bagi dosen yang berminat.

Selain Taiwan, Arab Saudi juga telah memberikan 250 beasiswa di program non agama. Bahkan pada September mendatang akan ada kerja sama termasuk kemungkinan tawaran beasiswa dengan Jeman dan Inggris. Akhir Juli pun, dia melanjutkan, pihaknya akan berkerja sama pula dengan Cina dalam rangka penawaran beasiswa. "Ini peluang luar biasa dan perguruan tinggi swasta juga bisa manfaatkan ini," kata Nasir.

Beasiswa yang ditawarkan pemerintah dan negara lain cukup besar. Oleh sebab itu, Nasir meminta dosen agar tidak ada alasan lagi untuk tidak melanjutkan kuliah hanya karena masalah biaya. Para dosen hanya perlu menyiapkan diri sebaik mungkin agar bisa mendapatkannya.

Kalau sudah menjadi doktor, Nasir mendorong mereka untuk berkontribusi dalam meningkatan universitas. Dalam hal ini termasuk mendorong publikasi riset di tingkat internasional.

Berkaitan publikasi riset, Nasir mengingatkan, para rektor dan dekan untuk menargetkan jumlah publikasi riset doser per jangka waktu tertentu. "Misalnya dosen diwajibkan hasilkan 15 publikasi internasional. Kalau tidak ditarget, nanti berjalan begitu saja. Kalau ini berjalan masif, reputasi perguruan tinggi tentu dapat lebih baik," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement