Jumat 01 Jul 2016 22:43 WIB

Sapu Angin ITS Berpacu dengan Waktu Kejar Kejuaraan London

Rep: Binti Sholikah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Sapu Angin. Ilustrasi.
Foto: its-team-sapuangin.blogspot.com
Sapu Angin. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Tim Mobil Sapu Angin ITS tetap semangat untuk bisa ikut lomba di ajang EcoShell Marathon Challenge Divers World Championship (DWC) di London. Hingga Jumat (1/7) siang, tujuh mahasiswa dan seorang dosen pembimbing, masih terus berkutat dan berusaha keras untuk mengembalikan wujudkan mobilnya agar bisa jalan dan ikut lomba.

Witantyo, dosen pembimbing yang ikut mendampingi tujuh mahasiswa anggota tim Sapu Angin, menyatakan, selesai membersihkan puing-puing dari sisa terbakarnya mobil, tim Sapu Angin berusaha untuk mendesain ulang dari sisa bahan yang masih bisa digunakan. "Pihak panitia juga memberikan kesempatan untuk bisa tetap ikut lomba," katanya melalui siaran pers, Jumat petang.

Dijelaskan Witantyo, chasis dan sebagian body mobil serta beberapa mesin masih bisa digunakan. Tim kemudian mendesain ulang wujud Sapu Angin dari sisa-sisa bahan yang telah hangus terbakar.  "Memang bentuknya jelek, tapi kami berharap performance dan endurance-nya masih bisa seperti hasil latihan terakhir saat latihan menjelang keberangkatan ke Inggris," katanya.

Ia menambahkan, performance terakhir yang berhasil dicatat sebelum pemberangkatan ke Inggris, Sapu Angin bisa mencapai kecepatan 250 kilometer per jam dan bisa ditingkatkan hingga 300 kilometer per jam. Dengan konsumsi bahan bakar yang disediakan 90 persen dari capaian pada saat di Filipina, ia optimistis Tim Sapu Angin di atas kertas bisa keluar sebagai juara.

"Tantangan terberat kami saat ini adalah berpacu dengan waktu untuk bisa masuk sekaligus lolos dari technical inspection, sehingga mobil bisa maju di arena lomba. Secara prinsip pihak panitia telah mempersilahkan kami mendesain ulnag mobil yang telah terbakar," jelasnya.

Wiyantyo juga mengaku terus berusaha memupuk semangat para mahasiswa yang sebelumnya sempat kecewa melihat mobilnya terbakar. Namun, imbuhnya, kini para mahasiswa kembali bersemangat untuk mewujudkan mimpinya bisa tetap ikut lomba.

Para mahasiswa juga masih tetap menjalankan ibadah puasa meski harus bekerja ekstra keras dengan waktu berpuasa lebih dari 19 jam di London.  "Mudah-mudahan semangat ini masih terus terjaga. Kami bukan hanya ingin mempersembahkan kemenangan nantinya buat almamater ITS tapi juga buat bangsa Indonesia," harapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement