Selasa 28 Jun 2016 17:15 WIB

UMM Perkuat Jejaring Cendekiawan Muda Muhammadiyah

Rep: Christiyaningsih/ Red: Dwi Murdaningsih
masjid di Kampus Universitas Muhammadiyah Malang - kampus UMM
Foto: Republika/Nico Kurniajati
masjid di Kampus Universitas Muhammadiyah Malang - kampus UMM

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bersama Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) terus menjaga ruh keilmuan di tubuh Muhammadiyah. Hal itu di antaranya tergambar dalam tradisi tadarus pemikiran Islam bagi para cendekiawan muda Muhammadiyah se-Indonesia yang intens digelar di UMM.

Sebagaimana tradisi tahun-tahun sebelumnya, Tadarus Pemikiran Islam JIMM kali ini kembali diadakan pada bulan Ramadhan, yaitu pada Rabu-Kamis (29-30/6), di Auditorium UMM. Menurut koordinator nasional JIMM, Pradana Boy, kegiatan ini amat penting untuk mendialogkan teks-teks Alquran agar bisa menjadi menjadi instrumen perubahan sosial.

“Sebagai organisasi Islam yang peduli perubahan sosial, maka refleksi kritis terhadap realitas sosial perlu dipertimbangkan serta dicarikan solusinya sebagai pendekatan baru dalam metode tafsir Muhammadiyah,” papar kepala Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) UMM ini.

Tadarus akan dihadiri lebih dari seratus pemikir dan tokoh muda Muhammadiyah se-Indonesia. Mereka akan memperbincangkan isu-isu pemihakan sosial, seperti kemiskinan, kesenjangan pendidikan, kesehatan, serta politik yang bervisi kemanusiaan. Tadarus juga menampilkan presentasi riset-riset mutakhir tentang Muhammadiyah dan Islam Indonesia.

Tradisi tadarus kerja sama UMM dan JIMM telah berlangsung sejak 13 tahun yang lalu. Ketika diadakan pertama kali pada 2003, para pemikir yang terjaring kala itu relatif masih sangat muda karena sebagian besar baru lulus sarjana ataufresh graduate.

“Menariknya, saat ini, banyak di antara para pemikir muda tersebut telah meraih gelar doktor dari berbagai kampus ternama di luar negeri,” kata Pradana yang juga merupakan doktor lulusan National University of Singapore (NUS) ini.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muhadjir Effendi MAP berharap, pertemuan para pemikir Muhammadiyah ini bisa menghadirkan pencerahan bagi ruh gerakan Muhammadiyah di masa kini dan mendatang. “Kelompok intelektual di dalam Muhammadiyah tidak boleh mati. Kalau gerakan intelektual ini mati, apa yang akan dibanggakan oleh Muhammadiyah? Acara seperti ini harus terus dijalankan,” tutur wakil ketua Badan Pembina UMM ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement