Rabu 22 Jun 2016 19:05 WIB

Karyakan Barang Bekas untuk Alat Penelitian

Rep: Binti Sholikah/ Red: Yudha Manggala P Putra
 Penjual barang-barang bekas di Jembatan Item, Jalan Bekasi Barat, Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (4/8).  (foto : MgROL_46)
Penjual barang-barang bekas di Jembatan Item, Jalan Bekasi Barat, Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (4/8). (foto : MgROL_46)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Selama ini pemanfaatan barang bekas hanya sebatas dijadikan suvenir maupun alat kebutuhan rumah tangga. Namun, di tangan Anang Subagio, barang bekas bisa dijadikan peralatan laboratorium untuk penelitian.

Anang telah menjadi Laboran di Laboratorium Biomedik Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) sejak 20 tahun yang lalu. Ketekunannya terhadap profesinya membawanya menjadi Juara I Tenaga Kependidikan kategori Laboran Berprestasi tingkat Kopertis Wilayah VII Jawa Timur. Ia mengusung portofolio alat praktikum yang dirancang sendiri, yakni Platform Uji Stres Terhadap Tikus Secara Aman. Alat ini merupakan yang pertama di dunia, sebab sebelumnya untuk membuat tikus stres tidak menggunakan alat.

“Biasanya dalam penelitian yang butuh mengukur tingkat stres yang mengunakan tikus, tikus disiksa secara fisik seperti disetrum, tikus disuruh berenang dengan pemberat di ekornya. Uji stres ini mengarah pada penyiksaan, dengan alat ini uji stres tidak ada unsur penyiksaan,” jelas Anang saat ditemui wartawan di Laboratorium Biomedik kampus UKMWS, Rabu (22/6).

Menurut Anang, alat praktikum tersebut ia buat dari barang bekas dan tanpa biaya. Bahan-bahannya antara lain, mika penutup plat nomor mobil, baut spion sepeda motor, pipa paralon bekas, dan alat kymograph yang sudah rusak.

Bagian dasar dari kymograph yang telah rusak tersebut disetel ulang agar pegasnya dapat berputar. Kemudian, dipasangi pipa paralon sepanjang 1 meter, dan mika sebagai platform tikus berpijak. Agar platform dapat berputar, Anang memanfaatkan baut bekas spion sepeda motor. Setelah itu, alat tersebut dicat ulang agar terlihat menarik.

“Cara kerjanya cukup mudah, cukup memutar tuas kemudian mika ini akan berputar miring secara terus-menerus. Tikus akan berusaha menjaga keseimbangan dan stresnya meningkat,” kata Anang.

Ciri-ciri stres diketahui jika tikus mengeluarkan kotoran dan air kencing. Saat ini, platform tersebut telah tercatat dalam jurnal internasional yang dituliskan Dekan Fakultas Keperawatan UKWMS, Handoko Daeng.

Selain alat tersebut, Anang telah menciptakan 19 alat praktikum lainnya dari barang bekas. Alat-alat tersebut selama ini menjadi penunjang praktikum dan berbagai penelitian di Laboratorium Biomedik Fakultas Farmasi  UKWMS. Alat lainnya, seperti alat untuk membuat tikus sariawan yang dibuat dari pembersih telinga. Cara kerjanya, alat ini cukup dimasukkan ke dalam air mendidih kemudian disentuhkan ke bibir tikus yang telah dibius.

Selain itu, alat untuk menampung volume urine tikus, yang ia beri nama Diuretic Cage. Di pasaran, alat ini dijual seharga Rp 15 juta. Sedangkan alat buatan Anang ini dari bahan alumunium dan hanya menghabiskan dana tak lebih dari Rp 150 ribu.

Anang mengaku sering membuat alat karena permintaan para peneliti. “Kadang ada yang membutuhkan alat namun karena harganya mahal, maka dibuatlah modifikasi yang murah namun bisa bekerja secara efisien,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement