Selasa 14 Jun 2016 04:25 WIB

Universitas Ciputra Siap Kembangkan Kampung Wisata Batik Banyuwangi

Universitas Ciputra
Foto: uc.ac.id
Universitas Ciputra

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Universitas Ciputra (UC) Surabaya berencana untuk mengembangkan kampung wisata batik di Banyuwangi, Jawa Timur. Renacana ini terinspirasi oleh  kesuksesan Kampoeng Batik Laweyan hingga Kampoeng Batik Kauman di Kota Solo, Jawa Tengah.

Studi kelayakan akan langsung dilakukan mulai tahun ini. Tahapannya, dalam lima bulan ke depan, UC Surabaya akan membuat konsep kampung wisata batik di Banyuwangi, setelah itu, persiapan lahan selama tujuh bulan. Inilah yang oleh Menpar Arief Yahya sering disebut sebagai Pentahelix, gabungan lima unsur yang harus bersatu dan bergerak bersama-sama. Yakni Akademisi, Business, Community, Government, dan Media.

“Ketiga lima unsur ini bersatu, dam memiliki visi Pariwisata, maka saya jamin sektor ini akan semakin kuat mengakar dan bisa diandalkan,” ujar Arief Yahya dalam keterangannya, Senin (13/6).

Menurut Menpar, ide dan inisiatif Universitas Ciputra untuk membuat kampung batik di Banyuwangi itu adalah contoh konkret. Gagasan besarnya, lanjut dia, bisa darimana saja. Tapi kali ini ada inspirasi dari akademisi (A), untuk membuat ekosistem Pariwisata di Banyuwangi semakin hidup. Selanjutnya, prinsip yang harus dipegang adalah Business Lead, Government Support.

“Pemerintah hanyalah regulator yang bagus. Dia tidak boleh merangkap menjadi operator, biarkan Business yang menjalankan. Dan Community bisa mendapatkan manfaat yang konkret,” ungkap Arief Yahya.

Dosen Universitas Ciputra, Juliuska Sahertian dan Kepala Laboratorium Fashion Department, Fabio Ricardo Toreh, mengaku telah bertemu dengan Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas. Dan hal ini, langsung mendapat respons positif.

"Ini murni inisiatif Universitas Ciputra. Batik kan warisan leluhur yang sudah mendunia. Itu fakta. Ada UNESCO yang sudah mengakuinya sejak 2 Oktober 2009. Di sisi lain, pariwisata Banyuwangi naik sangat pesat. Pendapatan per kapita Banyuwangi naik dari Rp 21 juta di 2010 menjadi Rp 39 juta di tahun 2015 karena pariwisata. Kalau dua kekuatan ini digabungkan menjadi sebuah kampung wisata batik, hasilnya bisa dahsyat,” ungkap dosen Universitas Ciputra, Juliuska Sahertian, Senin (13/6).

Menurut Juliuska, Kampung wisata batik ini akan menjadi pusat pembelajaran, pengembangan, dan pemasaran batik. “Kampung wisata batik di Banyuwangi nantinya akan menjadi etalase semua jenis batik ramah lingkungan yang ada di Indonesia. Lengkap dengan ceritanya,” paparnya.

Ia menambahkan, Banyuwangi dipilih lantaran mempunyai perkembangan batik yang signifikan. Industri kreatif berbasis fashion di Banyuwangi, dinilai sangat pas untuk dipadukan dengan pengembangan pariwisata. Apalagi, Banyuwangi juga mempunyai infrastruktur transportasi yang lengkap. Dari darat, laut, maupun udara, semua ada di sana. Belum lagi, keuntungan letak geografis yang dekat dengan Bali sebagai jantung utama pariwisata Indonesia.

Kawasan kampung wisata batik Banyuwangi itu, lanjut Juliuska, nantinya mengambil lansekap salah satu motif batik setempat. Di dalamnya akan dilengkapi 13 rumah tradisional dari berbagai provinsi di Indonesia yang merupakan penghasil batik. Selain itu, ada fasilitas penunjang seperti cottages (mini hotel), food and beverage stalls, taman bunga, kolam ikan, wahana permainan alam, jalur berkuda, dan infrastruktur penunjang pariwisata lainnya.

"Kampung wisata batik ini bagian dari Program Wisata Inti Rakyat (PIR) yang kami desain untuk menghidupkan pariwisata pedesaan. Tahun pertama akan kami buat studi kelayakan. Selama lima bulan ke depan kami cari gambaran untuk kampung wisata batik, lalu persiapan lahan selama tujuh bulan," paparnya.

Tahapan berikutnya, kata dia, perencanaan bisnis pembangunan kampung wisata batik. Univerisitas Ciputra akan menurunkan tim, baik yang mengajarkan pembuatan batik ramah lingkungan maupun mengedukasi bagaimana mendesain skema fashion batiknya ke perajin lokal. Setelah siap, lalu dimulai pembangunan kampung wisata tersebut.

Bupati Banyuwangi, Azwar Anas langsung merespons positif gagasan tadi. Hadirnya kampung wisata batik Banyuwangi, dinilai bisa mendorong tumbuhnya industri batik dan pariwisata di kabupaten berjuluk Sunrise of Java itu.

“Dengan dukungan Pemprov Jatim, tahun ini mulai dirintis Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan batik di Banyuwangi. Lalu Oktober mendatang, Kementerian Perindustrian mengumpulkan pewarna alam se-Indonesia untuk ditampilkan di Banyuwangi. Kalau ditambah kampung wisata batik, Kreativitas pembatik lokal, mulai dari pengembangan motif hingga desain fashion, pasti akan tumbuh. Sekarang para perajin batik giat berproduksi karena laris seiring banyaknya wisatawan,” kata Anas. Pengembangan industri batik di Banyuwangi, menurut Anas, akan tetap menempatkan UMKM lokal sebagai pilar utama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement