Sabtu 30 Apr 2016 07:18 WIB

Jaket Antingantuk Universitas Brawijaya Raih Medali Emas di Malaysia

Rep: Lintar Satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Mengantuk/ilustrasi
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Mengantuk/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tim pembuat jaket anti ngantuk SIJAR (Smart Android Jacket for Safety Riding and Relaxation) Universitas Brawijaya (UB) berhasil memperoleh penghargaan medali emas pada ajang The 3 rd International Innovation Design and Articulation (i-IDeA) 2016. Kompetisi ini diselenggarakan pada 27-29 April 2016 di Universiti Teknologi MARA (UiTM), Perlis, Malaysia.

Tim SIJAR terdiri dari Muhammad Nur Azis (Teknik Mesin), Azis Yasir N (Teknik Mesin), Ahmad Fauzi (Teknik Mesin), Novita Qurrota A (Kedokteran), dan Nardo Golan (Teknik Elektro).

Pada kompetisi ini, Tim SIJAR mengikuti kelas event C atau untuk tingkat mahasiswa dan sederajat. Jumlah peserta total kelas event C adalah 106 tim dari 3 negara yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

“Pada kategori ini ada 5 tim yang mendapatkan gold medal termasuk kami. Ahamdulillah tim kami satu-satunya tim dari Indonesia yang mendapatkan gold medal di semua kelas,” kata Ketua Tim SIJAR Muhammad Nur Aziz, Jumat (29/4).

Jaket SIJAR sebuah pengembangan dari Jaket SEJSAR (Smart Electric Jacket for Safety and Relaxation) yang telah dibuat sebelumnya. Jaket ini berfungsi mencegah pengemudi motor mengantuk di tengah jalan.

Azis menjelaskan pinsip kerja jaket ini ketika sensor membaca denyut nadi pengemudi kurang dari batas parameter jumlah normal per menitnya, maka alarm yang ada di jaket akan berbunyi. Alarm ini berfungsi sebagai peringatan bahwa pengguna berada pada kondisi kantuk atau lelah.

Jaket juga dilengkapi alat terapi listrik yang berhubungan langsung dengan kulit pengguna. Ketika alarm berbunyi, terapi listrik ini akan berfungsi. Namun ketika denyut nadi pengguna kembali normal, terapi listrik akan berhenti. Terapi listrik ini memberikan efek relaksasi agar sirkulasi pada tubuh berjalan normal kembali dan suplai oksigen menjadi maksimal. Keunikan jaket lainnya adalah pemanfaatan energi panas tubuh untuk memenuhi energi listrik operasionalnya.

Jaket memanfaatkan perbedaaan temperatur antara tubuh dengan lingkungan untuk menghasilkan energi listrik melalui media termoelektrik.

“Namun, untuk kompetisi ini, jaket SIJAR ditambahkan dua konsep baru yang menonjol, yakni penambahan oximeter untuk mengukur saturasi oksigen dan penambahan aplikasi android,” ungkap Azis.

Azis menjelaskan, Oximeter ini berguna untuk mengetahui saturasi oksigen pengguna jaket. Ketika saturasi pengemudi tidak normal (dibawah 95 persen), dapat mengindikasikan pengguna berada pada kondisi kelelahan atau mengalami gangguan kantuk yang tidak normal (istilah medisnya OSA atau Obstructive Sleep Apneu).

Sementara itu, tutur Aziz, penambahan aplikasi android berfungsi memudahkan dalam mengkontrol dan memproses alat melalui media smartphone.

Juri dalam kompetisi ini, berdasarkan keterangan Azis, menyampaikan komentar positif atas inovasi ini. Namun mereka memberikan masukan untuk lebih mengutamakan pengujian kepada pengguna. Kemudian, data pengujian tersebut dikumpulkan menjadi sebuah statistik untuk menguatkan kegunaan alat.

“Ini sejalan dengan visi tim kami ke depan. InsyaAllah saat ini kami sesering mungkin menguji kualitas dan kinerja alat,” kata mahasiswa angkatan 2012 tersebut.

Hal ini ditujukan agar nantinya tidak hanya keamanan jaket yang dioptimalkan, namun kenyamanan pengguna dalam memakai alat juga diutamakan. Ini untuk mendukung upaya komersialisasi jaket ke depan.

“Alhamdulillah kami sangat bersyukur, tim mendapatkan hasil yang lebih dari ekspektasi kami. Awalnya kami hanya ingin mempromosikan alat agar diakui, namun akhirnya malah mendapatkan gold medal,” kata Aziz.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement