Selasa 26 Apr 2016 02:43 WIB

Mahasiswa Galakan Pengelolaan Jagung Pascapanen

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Kebun Jagung
Foto: Adhi Wicaksono/Republika
Kebun Jagung

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Jagung menjadi komoditas pertanian utama serta sumber penghasilan bagi 85 persen warga Desa Koripan, Kabupaten Bantul. Namun pendapatan masyarakat dari panen jagung sendiri belum optimal. Maka itu sejumlah mahasiswa UGM menggalakan pengelolaan jagung paska panen.

Di Koripan sendiri luas lahan pertanian jagung mencapai 30 hektare. Dalam sekali panen tiap satu hektare lahan dapat menghasilkan empat sampai lima ton jagung. Kebanyakan warga hanya menjual dalam bentuk mentah tanpa diolah terlebih dahulu. Sehingga nilai jualnya relatif rendah.

Aris Dwi Saputra, Ahadi Damar Praserya, Muhammad Faidzdiya Ul haq Kharisma, dan Mufti Khuzaimah Al-azizah dari Fakultas MIPA, serta Erwina Safitri dari Fakultas Teknologi Pertanian mencetuskan pengolahan paska panen dalam Program Kreativitas Mahasiswa di bidang Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM-M).

Sebagai tahapan awal, mereka melatih keterampilan warga setempat untuk membuat berbagai produk konsumsi berbahan dasar jagung. Seperti tepung jagung dan mi jagung. “Kami telah melakukan pelatihan kepada warga tentang pengolahan tepung jagung dan mi jagung. Dalam waktu mendatang kami juga akan melakukan pelatihan pembuatan bakpia jagung,” papar Muhammad Faidzdiya.

Saat ini lima mahasiswa tersebut tidak hanya membantu warga desa Koripan dari segi produksi. Tetapi juga berupaya menciptakan sistem pemasaran yang baik dan berkelanjutan bagi warga desa Koripan. Hal ini dilakukan agar produk-produk yang telah dihasilkan dan dikemas dapat dijual ke berbagai daerah.

“Saat ini kami juga sedang membahas sebuah sistem usaha bagi warga agar pemasaran dapat berjalan dengan baik. Dengan adanya suatu sistem maka usaha warga menjadi lebih terstruktur dan arahan kerjanya menjadi lebih jelas,” tutur Ahadi.

Untuk memastikan kelancaran program ini, tim melibatkan beberapa ahli di bidang pengolahan jagung, pangan, dan kewirausahaan. Dengan demikian, warga dapat menerima berbagai ilmu langsung dari ahlinya.

Ahadi menyampaikan, setelah program ini berakhir, warga yang telah mengikuti pelatihan dapat meneruskan dan mengembangkan usaha rintisan para mahasiswa. Ia berharap, ke depannya warga desa Koripan tidak hanya mahir bertani. Tetapi juga terampil dalam mengonversi jagung hasil panen menjadi produk yang lebih bernilai.

Dengan begitu nilai jual jagung jadi lebih tinggi. Sehingga dapat menjadi sumber pemasukan tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Sistem pemasaran yang baik dan berkelanjutan bagi warga desa Koripan diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat,” tutur Aris menambahkan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement