Ahad 01 Nov 2015 03:45 WIB

Ribuan Lulusan Fisioterapi Terancam Nganggur

Rep: neni ridarineni/ Red: Taufik Rachman
Kemenristekdikti
Kemenristekdikti

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA - Lulusan sarjana fisioterapi di sembilan universitas di Indonesia terancam tidak bisa mengikuti pendidikan profesi karena Menteri Riset, Teknologi dan Penidikan Tinggi  tidak mengeluarkan ijin pemberian prodi profesi fisioterapi.

Hal itu dikemukakan Ketua Umum Ikatan Fisioterapi Indonesia Mohammad Ali Imron pada Republika,  di Kampus Terpadu STIKES Aisyiyah Yogyakarta, Sabtu (30/10). Dia mengungkapkan kesembilan universitas yang ada  S1 Fisioterapi antara lain: Universitas Udayana Bali, Universitas Hasanuddin Makassar,  Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Muhammadiyah Surakarta,  STIKES Aisyiyah Yogyakarta , Universitas Esa Unggul Jakarta, STIKES Medistra Medan dan STIKES Siti Hajar Medan.

Jumlah mahasiswa dari kesembilan perguruan tinggi tersebut diperkirakan  sekitar 5000 orang dan yang sudah lulus ada 700 orang. Sehingga yang sudah lulus saat ini masih menganggur. ‘’Dengan demikian nantinya sekitar 5000 orang lulusan S1 Fisioterapi terancam  terlantar oleh negara dan tidak bisa bekerja,’’tuturnya.

Hal itu dikarenakan tidak adanya nomenklatur pendidikan profesi fisioterapi .  ‘’Tahun lalu  Asosiasi Pendidikan Tinggi FIsioterapi dan Asosiasi Fisioterapi Indonesia  sudah mengusulkan adanya nomenklatur S1 plus profesi. Usulan itu berdasarkan rapat hasil uji publik terhadap nomenklatur pendidikan di Indonesia. Namun usulan tersebut tidak direspon,  dan justru dihilangkan dari hasil  evaluasi serta malah diganti  dengan D4 profesi,’’ungkap  Imron.

Padahal secara Undang-Undang pendidikan profesi itu setelah sarja dan Pendidikan Tinggi (Dikti) sudah memberikan ijin resmi S1, maka seharusnya Dikti memberikan ijin untuk profesi.  Menurut dia, pendidikan S1 fisioterapi sesuai dengan pendidikan fisioterapi di seluruh negara di dunia.

‘’Dengan tidak mengeluarkan ijinpendidikan profesi bagi sarjana fisioterapi, berarti pemerintah membiarkan daya saing fisioterapi di Indonesia dalam rangka  Masyarakat Ekonomi ASEAN rendah. Karena fisioterapi tidak kompetitif di ASEAN,’’tegas dia.  

Sehubungan dengan hal itu, kata Imron menegaskan Ikatan Fisioterapi Indonesia berharap Dikti berpikir bijak untuk menyelamatkan mahasiswa lulusan S1 fisioterapi dan profesi fioterapis Indonesia lebih kompetitif di Asia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement