Ahad 18 Oct 2015 11:05 WIB

Cerita Alumni Dokter Hewan yang Mengabdi di Kampung Halaman

Taryat Ali Nursidik, alumni Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
Foto: IPB
Taryat Ali Nursidik, alumni Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor

REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Lapangan pekerjaan banyak tersedia di kota-kota besar khususnya di Jakarta. Kesempatan luas dan apresiasi tinggi biasanya menjadi alasan para banyak orang untuk bekerja di kota. Namun ini tidak berlaku bagi Taryat Ali Nursidik, alumni Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Taryat memilih untuk kembali ke kampung halamannya dan mengabdi di sana.

Peternak sapi di Subang patut menjadi inspirasi bagi alumni lain dalam hal pengabdiannya. Pria kelahiran Subang, Jawa Barat ini merasa prihatin melihat kondisi ekonomi para peternak sapi daerahnya. Tanpa pikir panjang, Taryat mewujudkan impiannya membantu para peternak sapi dengan membentuk Gabungan Kelompok Peternak (Gapoknak) Sugih Mukti Mandiri.

Berawal dari jumlah anggotanya yang hanya puluhan orang saja, kini keseriusan dan niat baik Taryat menghantarkannya pada pengelolaan Gapoknak dengan ratusan anggota didalamnya. Taryat sendiri tidak merasa asing dengan Gapoknak yang dikelolanya karena sejak lulus kuliah ia langsung bergabung di Koperasi Petani Sapi Perah Bandung Utara (KPSBU) hingga menjabat sebagai General Manager.

 

Taryat melihat masalah utamanya terletak pada harga susu sapi yang tidak layak, karenanya ia berusaha meningkatkan daya tawar susu dengan cara memaksimalkan kapasitas produksi peternak agar lebih tinggi. Selain itu, Taryat memfasilitasi para peternak untuk mengolah hasil produksinya secara terintegrasi agar semua bagian dapat dimanfaatkan. Mulai dari susu hingga kotoran hewan. Taryat menjelaskan bahwa usaha seperti ini membutuhkan kekuatan dan ketangguhan mental.

 

Tidak hanya memberdayakan para peternak sapi dengan mengolah susu sapi menjadi yoghurt, kerupuk susu, dodol, ataupun sabun, Taryat juga mendirikan sekolah gratis dari jenjang Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang diperuntukkan bagi warga sekitar. Sarjana Kedokteran Hewan IPB ini memiliki banyak mimpi dan harapan yang mulia untuk kampung halamannya. Setelah Gapoknak dan sekolah gratis, ia juga ingin menjadikan kampungnya mandiri energi.

 “Kotoran sapi bisa diolah menjadi biogas dan hasilnya disalurkan pada warga. Tahun 2014 sudah ada 15 rumah yang mendapatkan aliran energi biogas secara gratis. Tahun depan kami menargetkan ada 150 rumah yang bisa merasakan listrik,” tutur Taryat.

 

Tidak sampai di sana, mengingat pasar bebas akan segera dimulai, Taryat kembali tertantang untuk mengembangkan Gapoknak Sugih Mukti Mandiri. Taryat bersama dengan anggotanya bercita-cita untuk bisa bersaing dengan para kompetitior produk olahan susu yang tidak hanya berasal dari dalam negeri tapi juga dari luar negeri. Agar memiliki daya saing yang cukup, Taryat senantiasa menyusun strategi yang menjamin keunikan produk dan kualitasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement