Jumat 16 Oct 2015 11:50 WIB

Peneliti Terapkan Teknologi untuk Penyerapan Antioksidan dalam Tubuh

Seorang pekerja mengecek kualitas minyak sawit mentah (CPO) di pabrik pembuatan minyak sawit.
Foto: REUTERS
Seorang pekerja mengecek kualitas minyak sawit mentah (CPO) di pabrik pembuatan minyak sawit.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Peneliti Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerjasama dengan Pusat Pengembangan Ilmu dan Teknologi Pertanian dan Pangan Asia Tenggara (SEAFAST Center), Lembaga Penelitian dan Pengandian kepada Masyarakat (LPPM) IPB mengkaji karakterisasi nanoemulsi minyak sawit dengan high pressure homogenizer  (HMP) dan peningkatan skalanya. Meraka antara lain Tien Ruspriatin Muchtadi, Dase Hunaefi, Yuli Sukmawati dan Hangganararas.

Minyak sawit memiliki kadungan karotenoid. Karotenoid salah satunya berfungsi sebagai antioksidan. Karotenoid dalam minyak sawit  kelarutannya dalam air rendah. Hal ini menyulitkan jika ingin ditambahkan pada bahan pangan. "Teknologi nanoemulsi minyak sawit  dapat meningkatkan kelarutan bahan dalam air dan  bioavailibilitas (serapan dalam tubuh) komponen karotenoidnya. Dengan nanoemulsi, karotenoid yang terdapat dalam minyak sawit lebih mudah diserap tubuh karena dalam bentuk bebas, dimana minyak sebagai media pelarutnya,” kata Tien.

Penelitian ini menggunakan minyak sawit yang diperoleh dari PT.Salim Ivomas Pratama yang  memenuhi standar nasional Indonesia yakni mempunyai kadar asam lemak bebas maksimum 0,5 persen. Nanoemulsi dimulai dari proses pemisahan gum yang tidak diinginkan dan dapat mengurangi stabilitas produk hasil pengolahan minyak nabati. Selanjutnya dilakukan  pengurangan kadar asam dengan cara netralisasi. Setelah itu dilakukan fraksinasi (pemisahan senyawa-senyawa).

Proses  degumming dan deasidifikasi terbukti efektif menurunkan kadar asam lemak bebas dalam kelapa sawit. Pada penelitian ini juga dilakukan High Pressure Homogenizer (HPH) yang kerap digunakan pada perusahaan pangan. Proses HPH pada industri pangan membutuhkan energi besar tergantung  karakteristik emulsi yang diinginkan perusahaan. Pada skala besar, perusahaaan berusaha memproduksi emulsi bervolume besar dalam waktu singkat. Ini untuk meminimalisasi jumlah energi yang dibutuhkan.

Meningkatnya tekanan dan konsentrasi emulsifier (pengemulsi) menghasilkan laju aliran output yang kian rendah. “Penggunaan pengemulsi tween 80 (polyoxythylene) berkonsentrasi tinggi menghasilkan ukuran partikel lebih kecil, nanoemulsi yang lebih stabil, namun tidak mempengaruhi kadar karotenoid. Bahkan tekanan homogenizer yang lebih tinggi menghasilan ukuran partikel lebih kecil dan kadar total karotenoid lebih rendah,” papar Tien.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement