Ahad 27 Sep 2015 02:45 WIB

Gadis 16 Tahun Temukan Metode Deteksi Ebola Kurang dari 30 Menit

Rep: c34/ Red: Dwi Murdaningsih
Pusat pengobatan pasien Ebola yang didanai pemerintah Australia akan resmi digunakan kemarin malam.
Foto: AFP
Pusat pengobatan pasien Ebola yang didanai pemerintah Australia akan resmi digunakan kemarin malam.

REPUBLIKA.CO.ID, CONNECTICUT -- Oliva Hallisey, seorang gadis berusia 16 tahun dari Connecticut, Amerika Serikat, menemukan cara mendeteksi virus Ebola dengan cara cepat, murah, dan stabil. Inovasi besar siswi tingkat pertama Greenwich High School itu memenangkan Google Science Fair 2015, yang dihelat di Mountain View, California.

Metode deteksi Ebola yang ditemukan Hallisey merupakan tes sederhana yang bisa dilakukan dalam waktu kurang dari 30 menit. Deteksi itu bahkan bisa dilakukan sebelum seseorang menunjukkan gejala terinfeksi. Hallisey berujar, saat ini metode deteksi Ebola terbilang kompleks, mahal, dan lambat. Dibutuhkan waktu hingga 12 jam sejak dari pengujian hingga konfirmasi diagnosis.

"Tes yang saya temukan menyediakan deteksi yang murah, cepat, dan akurat, berdasarkan perubahan warna dalam waktu 30 menit pada individu sebelum mereka menunjukkan gejala dari infeksi virus," ungkap Hallisey, seperti dilansir Business Insider.

Karena belum menguji penemuannya terhadap pasien terinfeksi virus Ebola yang sesungguhnya, temuan Hallisey diarahkan untuk dapat mendeteksi protein dari virus tersebut. Sehingga, tes Hallisey juga bisa disesuaikan untuk mendeteksi HIV, virus dengue, demam kuning, penyakit Lyme, dan beberapa jenis kanker.

Tes yang ia rancang tetap menggunakan komponen utama tes Ebola yang saat ini ada, yakni tes enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Tes memanfaatkan sistem kekebalan tubuh manusia untuk menandai virus dan bakteri sebagai penjajah dan bahan kimia yang bisa berubah warna jika antibodi tersebut mengikat protein Ebola.

Untuk menjamin akurasi tes, Hallisey menggunakan serat sutra untuk menstabilkan bahan kimia yang digunakan. Elemen itu memungkinkan tes bisa dilakukan pada suhu kamar tanpa memerlukan pendingin ruangan.

Deteksi dini infeksi virus sangat penting bagi pasien, karena dapat memperbesar kemungkinan mereka untuk bertahan hidup. Berkat temuannya, Hallisey mengungguli 22 finalis lain dalam Google Science Fair dan memenangkan dana beasiswa sebesar 50 ribu dolar AS.

Festival IPTEK yang berlangsung di markas Google itu digagas oleh Derek Muller, pencipta rekayasa saluran Veritasium. Pekan sains itu dimaksudkan untuk menantang ilmuwan, penemu, dan inovator muda dari seluruh dunia untuk terus berinovasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement