Rabu 02 Sep 2015 09:55 WIB

Belajar dari Fenomena Gojek

Rider Gojek
Foto: Dok: Go-Jek
Rider Gojek

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain mengajak seluruh peneliti untuk belajar dari fenomena Gojek guna memajukan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) Indonesia. "Fenomena Gojek, semua orang tahu di Jakarta, mereka bisa bawa penghasilan Rp10 juta per bulan. Kenapa bisa banyak? Ini berkat inovasi," kata Iskandar, Selasa (1/9).

Manajemen Gojek, menurut dia, jeli memaksimalkan "idle time" tukang ojek pengkolan dengan menggunakan satu aplikasi digital.

Cara ini juga yang menurut profesor geologi dan geofisika ini harus digunakan untuk memaksimalkan sumber daya manusia (SDM) peneliti yang terbatas di Indonesia guna menghasilkan iptek yang dibutuhkan bangsa dengan lebih cepat.

Berkaca pada fenomena Gojek tersebut, pria yang menjabat sebagai Kepala ke-9 LIPI ini mengatakan peneliti di Indonesia perlu bersama-sama menggarap satu isu agar penelitian lebih cepat dilakukan dan manfaatnya lebih cepat dirasakan. "Jadi mindsetnya perlu diubah tidak lagi masing-masing lembaga dan instansi penelitian bekerja sendiri-sendiri. Filosofi Gojek itu yang perlu dipegang, kalau kita kerja sendiri-sendiri berapa banyak sebenarnya peneliti yang kita punya?" ujar Iskandar.

Berdasarkan data base LIPI, profesor yang memperoleh gelar doktor dari Johannes Guttenberg Universitat Jerman ini mengatakan Indonesia baru memiliki 40 peneliti per satu juta penduduk. Sementara negara-negara maju rata-rata memiliki 3.900 peneliti per satu juta penduduk. "Karena itu, seperti sektor kelautan yang dana risetnya mahal, kekuatan SDM kelautannya harus bersatu. Kenapa peneltian laut kita jalan pelan, itu karena kita sibuk dengan bidang kita masing-masing, hingga kadang kita hanya hasilkan titik-titik kecil dan tidak terhubung," kata Iskandar.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement