Sabtu 29 Aug 2015 13:58 WIB

Sikap Pragmatis dan Hedonis Dominasi Pemikiran Mahasiswa

Rep: yulianingsih/ Red: Taufik Rachman
Demo Mahasiswa UI
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Demo Mahasiswa UI

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ahmad Anfasul Marom mengatakan, saat ini sikap dan pemikiran kritis mahasiswa dan golongan muda di Indonesia semakin pudar. Hal ini merupakan dampak dari globalisasi sehingga sikap dan pemikiran kritis golongan perubahan  terhadap kondisi bangsa dan negara serta masyarakat ini terus memudar.

"Globalisasi telah membuat kelompok muda dan mahasiswa semakin banyal berfikir hedonis dan pragmatis," ujarnya saat berbicara dalam seminar reaktualisasi kebangsaan generasi muda digedung teatrikal fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga, Sabtu (29/8).Seminar sendiri diikuti ratusan mahasiswa di Yogyakarta.

Ironisnya kata dia, pemikiran pragmatis dan hedonis ini justru telah menguasai sebagian besar dari sikap mahasiswa dan kelompok muda di Indonesia. "Kelompok kritis masih ada, tapi lebih banyak yang kelompok yang pragmatis ini," katanya.

Kondisi ini kata dia, jelas memprihatinkan untuk mengusung siikap kebangsaan fan nasionalisme bagi perubahan yang semakin baik. Banyaknyaa sikap pragmatis dan hedonis ini selain dampak globalisasi juga akibat semakin hilangnya ruang publik bagi kelompok muda dan mahasiswa untuk berkreasi.

Jikalau ada ruang publik, itupun kelompok ini harus mengeluarkan uang untuk membayar. Padahal kata dia, untuk menghadapi tantangan ke depan yang semakin kompleks, nalaar kritis dan jiwa nasionalisme sangat dibutuhkan dalam diri kelompok muda ini. Pasalnya merekalah para penerus generasi pembangunan bangsa ini.

Karenanya, ke depan dibutuhkan sebuah gerakan untuk membangun kembali nalar kritis dan nasionalisme di kalangan kelompok ini. Salah satunya dengan terus membuka ruang-ruang publik bagi kelompok muda dan mahasiswa untuk berkreasi. Selain itu terus dimunculkannya diskusi-diskusi kritis dibeberapa kesempatan baik di kampus maupun kelompok-kelonok kecil pemuda di perkampungan.

"Ini membutuhkan kinerja lintas sektoral bukan hanya sektor pendidikan semata," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement