Selasa 04 Aug 2015 23:40 WIB

IICIES Dorong Pengembangan Kewirausahaan

Rep: C01/ Red: Yudha Manggala P Putra
Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pusat Inovasi, Kewirausahaan dan Kepemimpinan Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (CIEL SBM ITB) kembali menyelenggarakan International Conference in Innovation, Entrepreneurship and Small Business (IICIES) ketujuh pada Selasa (4/8).

Melalui IICEIES, CIEL SBM ITB turut mendorong pengembangan potensi Indonesia dalam dunia kewirausahaan, inovasi dan bisnis agar dapat bersaing dunia internasional.

Dalam konferensi yang berlangsung pada 4-6 Agustus di Hotel Clarity Bandung ini, CIEL SBM ITB menghadirkan sekitar delapan pembicara multinasional, di antaranya Profesor Berkeley College dari Amerika Serikat Lloyd Soobrian, Wakil Presiden Senior dari Frost & Sullivan dari Singapura Shivaji Das, hingga Profesor dari Yamaguchi University Jepang, Kazuhiro Fukuyo.

Selain menghadirkan para pembicara multinasional, konferensi tersebut juga mempresentasikan sekitar 150 artikel ilmiah oleh para peneliti yang berasal dari berbagai institusi pendidikan hingga praktisi dari dalam dan luar negeri yang diklasifikasikan ke dalam tujuh cabang terkait kewirausahaan hingga manajemen teknologi dan pengembangan bisnis kecil dan menengah.

"IICIES adalah suatu wahana bagi para peneliti, akademisi dan praktisi untuk berkolaborasi dalam mengembangkan inovasi, keiwrausahaan dan pertumbuhan bisnis kecil dan menengah melalui publikasi karya-karya mereka, seminar yang menginspirasi, pelatihan yang sesuai, dan diskusi ilmiah," jelas Ketua IICIES Dwi Larso di Hotel Clarity, pada Selasa (4/8).

Dwi mengatakan Indonesia membutuhkan banyak entrepreneur yang dapat berkembang. Pasalnya saat ini ada sekitar 50 juta unit usaha di Indonesia akan tetapi 95-99 persennya masuk ke dalam kategori kecil, mikro informal.

Dwi melihat pelaku usaha kecil tersebut termasuk "pahlawan" karena dapat menghidupi diri sendiri dengan mandiri tanpa menjadi beban pemerintah. Akan tetapi, di sisi lain, pelaku usaha ini sulit berkembang sehingga perlu dilakukan pendampingan agar bisnis kecil yang dijalani para pelaku usaha tersebut dapat tetap bertahan dan berkembang.

"Karena Indonesia tidak akan makmur kalau terlalu banyak bisnis kecil tetapi tidak mampu tumbuh dan berkembang," tembah Dwi. Oleh karena itu, presentase usaha kecil harus dikurangi dengan cara membantu peningkatan usaha kecil menjadi menengah atau besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement