Kamis 30 Jul 2015 09:32 WIB

Universitas Brawijaya Buka Peluang Bidikmisi Difabel

Universitas Brawijaya
Foto: panoramio.com
Universitas Brawijaya

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Brawijaya Malang memberikan kesempatan dan peluang bagi mahasiswa baru yang lolos dalam Seleksi Program Khusus Penyandang Disabilitas (SPKPD) untuk menerima Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi (Bidikmisi).

Ketua SPKPD Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, Wahyu Widodo mengatakan pengajuan dan rekomendasi bagi mahasiswa baru khusus difabel tersebut tidak dibatasi, dengan catatan sesuai kriteria dan persyaratan yang berlaku.

"Maba khusus yang mendaftar dari jalur ini (SPKPD) dikenakan biaya seperti mahasiswa jalur mandiri atau SPMK, namun masih ada peluang untuk mengajukan program Bidikmisi. Kalau persyaratan terpenuhi dan sesuai kriteria, kemungkinan besar akan lolos karena tahun lalu ada lima mahasiswa difabel yang mendapatkan Bidikmisi tersebut," katanya, Kamis (30/7).

Menyinggung peserta seleksi calon mahasiswa difabel UB 2015, Wahyu mengatakan ada 27 orang peserta dan nantinya hanya akan diterima sebanyak 20 mahasiswa. Ke-27 peserta tes tersebut adalah mereka yang lolos tahap pertama, yakni administrasi. Dari 27 peserta tes itu didominasi peserta yang menyandang tuna rungu, yakni sebanyak 15 peserta.

Sedangkan seleksi lanjutan, yakni psikotes, simulasi perkuliahan dan wawancara orang tua calon mahasiswa. Tes tersebut berlangsung selama tiga hari mulai 29-31 Juli 2015 dan hasil tes diumumkan pada 3 Agustus 2015.

Hanya saja, lanjutnya, meski kuota mahasiswa jalur khusus difabel tersebut sebanyak 20 kursi, belum tentu akan terisi seluruhnya karena tergantung hasil tes.

"Meski kuotanya 20 kursi, bukan berarti bisa serta merta diisi sesuai kuota, tetapi harus mengedepankan hasil seleksi serta kemampuan calon mahasiswa," ujarnya.

Universitas Brawijaya menjadi proyek percontohan penerimaan mahasiswa difabel sejak 2012. Saat ini ada puluhan mahasiswa difabel yang tersebar di sejumlah program studi dan selama perkuliahan, mereka didampingi seorang pendamping, baik dari kalangan dosen maupun relawan dari kalangan mahasiswa.

Puluhan mahasiswa difabel tersebut di sejumlah program studi, kecuali Kedokteran, yakni program studi Akuntansi, Teknik Informatika, Pendidikan Bahasa Indonesia, Perikanan, Arsitek, Pendidikan Bahasa Jepang, Pendidikan Bahasa Inggris, Sastra Jepang, Farmasi, Administrasi Perpajakan, Multimedia, serta Perikanan.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement