Rabu 29 Jul 2015 14:57 WIB

Hindari Salah Paham Komunikasi dengan Emoticon

Emoticon
Foto: techcrunch.com
Emoticon

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berkomunikasi dengan menggunakan "emoticon" pada pesan singkat melalui telepon genggam ternyata lebih efektif, positif serta dapat menghindari kesalahpahaman.

Emoticon berasal dari gabungan dua buah kata, yaitu "emotion" dan "icon" yang secara spesifik menggambarkan ekspresi wajah atau postur tubuh untuk menyampaikan emosi atau sikap dalam surat elektronik dan pesan singkat.

"Dari hasil penelitian melalui penyebaran kuesioner tersebut dapat ditarik kesimpulan mayoritas pelajar sudah paham tentang emoticon, sebagian besar pelajar merasa lebih akrab jika berkomunikasi dengan menggunakan emoticon," kata mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Teknologi Informasi Universitas Yarsi Jakarta, Widya Fajriani, Rabu (29/7).

Widya bersama dua rekannya Yulia Wijayanti dan Endang Utami berhasil mengungkap motivasi para pelajar menggunakan emoticon ketika berkomunikasi. Penelitian dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 angkatan 2013-2014.

"Dalam dunia teknologi informasi perkembangan komunikasi dengan menggunakan emoticon juga sudah digandrungi para pelajar yang pada umumnya berusia muda atau remaja. Perkembangan komunikasi seluler merupakan hal yang sangat disukai para pelajar yang notabene adalah remaja," katanya.

Ia menambahkan penelitian yang mereka lakukan itu untuk mengetahui dorongan atau motivasi sehingga pelajar menggunakan emoticon ketika berkomunikasi. Selain itu,mengetahui manfaat emoticon dan mengetahui dampak dari penggunaan emoticon di kalangan pelajar.

Menurut Widya, emoticon dapat digunakan dalam kegiatan interaksi sosial karena dengan emoticon seseorang dapat mengirim perasaannya lewat ikon atau simbol. Dengan kata lain interaksi atau komunikasi yang selama dilakukan dengan secara berhadapan atau face to face, kini dapat digantikan emoticon.

Penelitian ini melibatkan 50 responden. Ditinjau dari sebaran umur, 100 persen responden berusia di bawah 18 tahun. Jadi dapat dikatakan responden berusia di bawah 18 tahun lebih mendominasi penelitian ini.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement