Kamis 25 Jun 2015 16:36 WIB

Dosen ITS Ubah Enceng Gondok Jadi Listrik

 Petugas membersihkan tanaman enceng gondok yang menutupi permukaan Waduk Tomang, Jakarta Barat, Senin (30/9).  (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Petugas membersihkan tanaman enceng gondok yang menutupi permukaan Waduk Tomang, Jakarta Barat, Senin (30/9). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Suharmadi Sanjaya mengubah eceng gondok menjadi tenaga pembangkit listrik. Suharmadi mengatakan ide awalnya mengubah eceng gondok atau enceng gondok menjadi listrik didapat setelah banyak menerima keluhan dari nelayan tambak di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Isi keluhannya antara lain sejumlah nelayan tambak harus mengeluarkan biaya banyak untuk membersihkan eceng gondok, sebab tanaman yang mempunyai karater cepat tumbuh itu telah mengancam keberlangsungan hidup ikan tambak milik warga. "Kemudian saya berpikir bagaimana membuat eceng gondok ini bermanfaat, lalu saya mengirimkan foto sampah eceng gondok itu kepada sejumlah rekan di luar negeri," ucap pria yang mengajar di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITS tersebut.

Hasil kiriman foto itu mendapat respons positif dari rekannya yang ada di Amerika, Belanda serta Afrika. Dia bersama tim di ITS dengan bantuan rekan dari luar negeri membuat penelitian dan pengujian mengenai manfaat tanaman yang bernama latin "Eichhornia crassipes" itu. Memulai riset tahun 2012, rupanya terbukti kandungan eceng gondok dengan beberapa campuran kimia itu mampu menjadi gas yang kemudian diubah menjadi listrik.

Hasil temuannya bersama tim ITS kemudian ditawarkan ke Pemkab Lamongan untuk mengatasi masalah yang ada masyarakat setempat, dan kembali mendapat respons positif untuk dikembangkan ke skala lebih besar. Namun usaha serius yang dilakukan sejak tahun 2012 bersama Pemkab Lamongan untuk membuat proyek mengubah danau yang penuh enceng gondok menjadi tenaga pembangkit listrik itu tidak berjalan mulus, karena pimpinan proyek meninggal dunia.

"Proyek itu kini berhenti sementara, dan saya bersama tim masih terus berusaha mencari pemodal yang mampu membiayai ide ini, sehingga bisa dimanfaatkan masyarakat untuk kebaikan bersama," katanya.

Suharmadi mengatakan dari hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Indonesia memiliki potensi eceng gondok yang banyak, sebab hasil pantauan udara ada sebanyak 840 danau besar dengan luas rata-rata diatas 30 km2, dan 735 danau kecil yang banyak ditumbuhi tanaman itu. Menurut dia, 15 danau besar memerlukan revitalisasi mendesak karena banyak dipenuhi oleh eceng gondok, di antaranya Danau Toba, Danau Maninjau, serta Danau Tempe.

"Bahkan, banyaknya eceng gondok di sejumlah danau membuat pemerintah membuat program prioritas untuk segera ditangani. Kalau tidak ditangani akan terjadi kerusakan ekosistem," ucapnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement