Senin 15 Jun 2015 20:11 WIB

UGM Kembangkan Riset Pengendali DBD

Rep: c97/ Red: Dwi Murdaningsih
Pengasapan untuk mencegah penyakit demam berdarah. DBD termasuk salah satu KLB.
Foto: Antara
Pengasapan untuk mencegah penyakit demam berdarah. DBD termasuk salah satu KLB.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN - Fakultas Kedokteran UGM mengembangkan teknologi pengendali demam berdarah dengue (DBD). Wolbachia eliminate dengue project (EDP) merupakan teknologi kedokedokteran terbaru yang dikembangkan bekerja sama dengan EDP Jogja dan International Research Consortium on Dengue Risk Assessment, Management and Surveillance (IDAMS).

FK UGM sengaja mengembangkan riset tersebut dengan membentuk kelompok kerja dengeu dibawah pusat kedokteran tropis sejak empat tahun lalu. Gugus kerja ini berisi dari lintas sektor, dan kerap melakukan kegiatan penanganan infeksi dengeu. "Wolbachia merupakan yang ditemukan di 60 persen spesies serangga di seluruh dunia. Bakteri ini mampu menghambat perkembangan virus dengeu dalam tubuh nyamuk," ujar Entomolog (ahli serangga) dari EDP Jogja, Warsito Tanto Wijoyo, Senin (15/6).

Hingga saat ini EDP Jogja telah melepaskan nyamuk aedes aegypti ke dua kabupaten di DIY sebagai percobaan, yaitu Sleman dan Bantul.

Di kedua wilayah tersebut persentase nyamuk ber-wolbachia mencapai kisaran 60 sampai 90 persen. Hal ini memunjukkan bahwa wolbachia mampu berkembang di lingkungan alaminya.

Menurut Warsito riset ini memang belum sampai pada tujuan melihat pengaruh persebaran wolbachia terhadap kasus DBD. Namun lebih untuk membuktikan bahwa nyamuk ber-wolbachia mampu bertahan hidup di habitat alaminya. Selain itu, riset lain yang dilakukan FK UGM dan IDAMS adalah pengecekan jenis dan karakteristik darah untuk menemukan ciri-ciri DBD sejak dini. Menurut Peneliti utama I dari Fakultas Kedokteran UGM, Ida Safitri Laksanawati, penelitian ini sangat penting dilakukan. Sebab DBD merupakan penyakit yang memiliki dinamika cukup cepat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement