Sabtu 02 May 2015 11:37 WIB

Menristekdikti Targetkan 15 Ribu Program Studi Akreditasi Unggul

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohamad Nasir Deputi Sumberdaya Iptek Muhammad Dimyati (kanan) saat kick-Off Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas 20) di gedung BPPT, Jakarta, Kamis (26/3).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohamad Nasir Deputi Sumberdaya Iptek Muhammad Dimyati (kanan) saat kick-Off Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas 20) di gedung BPPT, Jakarta, Kamis (26/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menargetkan pada 2019 ada 15.000 program studi pada perguruan tinggi yang memiliki tingkatan akreditasi kategori unggulan.

"Target inovasi kami percepat untuk mengejar ketinggalan daya saing antarbangsa," kata Mohamad Nasir ketika menjadi pembina upacara dalam rangka Hari Pendidikan Nasional 2015 di Gedung BPPT, Jakarta, Sabtu (2/5).

Ia menjelaskan, ada dua cara agar pendidikan tinggi bisa memberikan dukungan terhadap daya saing bangsa. Pertama adalah dengan menghasilkan tenaga terampil yang dibutuhkan oleh lapangan kerja.

Kemudian yang kedua, menghasilkan inovasi yang memberikan manfaat ekonomis secara langsung bagi masyarakat. Supaya target tersebut tercapai, pengembangan dan implementasi secara progresif Sistem Penjamin Mutu Internal harus sesuai dengan SNPT.

"Harapan masyarakat terhadap perguruan tinggi semakin meningkat, maka mutu harus ditingkatkan," katanya.

Namun, ia juga mengeluhkan terhadap rendahnya anggaran riset yang disediakan. Anggaran tahun ini mencapai Rp 4,55 Triliun. Meskipun masih rendah, menurut dia anggaran itu harus tetap dimaksimalkan. Menurutnya, dana tersebut hanyalah sekitar 0,09 dari pendapatan kotor negara. Ia berharap, dengan kerja sama dari semua elemen, pencapaian target daya saing bangsa bisa dipenuhi untuk mengejar ketertinggalan dengan negara tetangga.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement