Kamis 27 Nov 2014 11:19 WIB

Mahasiswa ITS Ubah Buah Bakau Jadi Bahan Bakar

Rep: C54/ Red: Yudha Manggala P Putra
Buah bakau. Ilustrasi
Foto: Antara
Buah bakau. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketergantungan manusia terhadap energi fosil diyakini akan berujung malapetaka. Hal tersebut terjadi seiring menipisnya cadangan sumber energi tak terbarukan tersebut di dalam perut bumi.

Dalam beberapa dekade terakhir, para ilmuan berupaya menemukan sumber-sumber energi alternatif. Dari Surabaya, tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menciptakan bahan bakar dari buah bakau.

Para mahasiswa Jurusan Teknik Kimia tersebut berhasil membuat alternatif bahan bakar untuk perahu nelayan dengan memanfaatkan buah bakau. Bahan bakar buah bakau tersebut mereka namai Nyxil Biodiesel.

Koordinator tim Sukron Nursalim menjelaskan, ada sejumlah syarat awal suatu jenis tanaman dapat diolah menjadi biodiesel. Syarat tersebut, menurut dia, adalah bukan tanaman pokok pangan, tidak menggunakan lahan tanaman pangan, serta ramah lingkungan. "Syarat tersebut dimiliki buah bakau," ujar Sukron dalam siaran pers tertulis yang diterima Republika, Rabu (26/11)

Sukron menjelaskan, daging buah bakau diperkirakan memiliki kandungan minyak sebesar 40 persen. Minyak tersebut, menurut dia, kaya akan asam lemak berantai sedang, khususnya asam laurat dan asam meristat. “Sehingga, minyak ini dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel,” kata Sukron.

Proses pembuatannya sendiri, Sukron menjelaskan, buah bakau awalnya dimatangkan terlebih dahulu. Proses pematangan tersebut, menurut dia, membutuhkan waktu hingga tiga bulan. "Lalu, buah bakau tersebut diekstrak dan dipisah dari pelarutnya. Terakhir, hasilnya diesterifikasi in-situ dan didistilasi sehingga menjadi biodiesel," kata Sukron.

Atas karyanya, Sukron dan tim berhasil meraih juara kedua dalam ajang Marine Innovation Technology Competition (MITC) 2014 yang dislenggarakan di kampus ITS Surabaya beberapa waktu lalu. Pencapaian tersebut, menurut Sukron adalah motivasi untuk mengembangkan lebih jauh hasil temuannya itu.

Sukron mengaku, ide tersebut bermula ketika ia sedang melakukan sebuah penelitian mengenai bakau. Saat itu, Sukron mengisahkan, mereka menemukan bahwa ternyata buah bakau memiliki beberapa kandungan yang sama seperti kandungan bahan bakar. “Dari situlah saya memulai penelitian ini dan kami ajukan dalam MITC,” kata dia.

Bahan bakar alternatif hasil temuan Sukron dan rekan-rekan disebut memiliki beberapa kelebihan. Di antaranya, adalah lebih murah dan bahan bakunya mudah didapatkan. Kedua aspek itulah yang menjadi daya jual Nyxil Biodiesel sehingga berhasil menjuarai MITC.

Meski baru tahap penelitian laboratorium, Sukron dan timnya optimistis bisa mengembangkan ide tersebut hingga benar-benar terealisasi. Untuk itulah, mereka berencana mengikutkan hasil penelitian ini ke Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). “Semoga nantinya penelitian kami bisa didanai pemerintah agar bisa terus berkembang,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement