Rabu 17 Sep 2014 08:39 WIB

Program Ketahanan Pangan Brazil Bisa Ditiru Indonesia

Diskusi Brazilian Week
Diskusi Brazilian Week

REPUBLIKA.CO.ID,DEPOK--Isu ketahanan pangan bakal mengemuka pada tahun 2015 nanti, negara-negara penghasil bahan mentah perlu mempersiapkan beragam strategi untuk mencegah krisis bahan pangan.

"Indonesia perlu meniru negara Brasil soal ketahanan pangan. Meski di tahun 2002 Brasil mengalami krisis kelaparan kronis yang terjadi pada 50 juta rakyatnya, kini Brasil berhasil menjadi negara eksportir utama pangan ke seluruh dunia," ujar Dubes Brasil untuk Indonesia Paulo Alberto da Silveira Soares, ketika menjadi pembicara dalam seminar Brazilian Week bertajuk Brazil as a Key Partner for the Food Safety in Indonesia and the ASEAN realm yang diselenggarakan Prodi Kajian Wilayah Amerika Program Pascasarjana, Universitas Indonesia, Selasa (16/9).

Salah satu kesuksesan Brasil dalam ketahanan pangan, menurutnya, menjalankan program zero hunger (nol kelaparan) yang berfokus pada peningkatan akses pangan dan gizi. Komoditi utamanya berupa gula dan bioethanol.

Dalam kurun waktu 10 tahun program ini ternyata cukup berhasil. Menurutnya, program ini tidak hanya berhasil mengentaskan rawan pangan namun juga mampu mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran. “Tugas pemerintah daerah dalam hal ini menjamin hak rakyat untuk mendapatkan pangan dan penyediaan stok pangan dalam kondisi darurat,” kata Paulo.

Dalam program Zero Hunger, pemerintah Brasil lebih fokus pada peningkatan pertanian skala kecil, penyaluran kredit petani, penyuluhan, serta pembangunan irigasi di pedesaan. Pemerintah pun terlibat dalam mencari solusi penyebab struktural dari kerawanan pangan, reformasi agraria, dan upah minimum.

Yang tidak kalah penting, ungkap Paulo, adanya program pembagian kartu pangan bagi keluarga miskin disertai pemberian bantuan uang tunai lewat program Bolsa Familia. Dari program tersebut, setidaknya angka kerawanan pangan berhasil dikurangi.

“Kasus gizi buruk pada balita telah berkurang dari 12,5 persen di tahun 2003 menjadi 4,8 persen pada tahun 2008,” kata Paulo bangga.

Setelah keberhasilan program zero hunger, kini pemerintah mencanangkan program 'Brasil tanpa Kemiskinan' yang diluncurkan sejak Juni 2011 lalu. Program ini bertujuan mengentaskan 16,2 juta rakyat Brasil yang masih hidup dalam kondisi sangat miskin.

Program ini dilakukan dengan memperbesar bantuan tunai untuk 800 ribu keluarga miskin. Selain itu, pemerintah berupaya meningkatkan akses pendidikan, kesehatan, sanitasi, air, listrik, pelatihan keterampilan serta bantuan pendanaan untuk keluarga petani miskin.

"Keberhasilan Brasil bisa menjadi rujukan bagi Indonesia. Ketahanan pangan perlu diprioritaskan dalam kebijakan nasional. Pemerintah perlu memberikan perlindungan sosial sebagai bentuk investasi masa depan, bukan sekadar kegiatan kemanusiaan,” harap Paulo.

Akademisi dari Kajian Wilayah Amerika UI Suzie Sudarman mengakui, kegigihan negara di Amerika Latin ini hingga bisa membawanya sebagai negara ketujuh pemegang kendali perekonomian dunia. Peran Brazil pun ikut membuat nya terpandang di peta politik dunia.

"Indonesia harus belajar dari pengalaman Brazil yang bisa memadukan antara perkembangan globalisasi serta demokratisasi di tengah inkonsistensi para pejabat dalam menghasilkan kebijakan," jelas Suzie.

Ia pun melihat kesempatan untuk belajar dan perubahan sistem pasca Pemilu 2014. Terutama dalam mengupayakan kebijakan pangan yang terbarukan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement