Sabtu 13 Sep 2014 05:15 WIB

Ketidaksiapan Rektorat Picu Kekerasan Ospek di Kampus

Rep: c60/ Red: Bilal Ramadhan
Ospek mahasiswa baru.     (ilustrasI)
Foto: Antara/Novandi K Wardananz
Ospek mahasiswa baru. (ilustrasI)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kekerasan yang terjadi di dalam penerimaan mahasiswa baru dikarenakan Perguruan Tinggi (PT) tidak memiliki kesiapan dalam penerimaan mahasiswa baru. Untuk itu, jajaran Rektorat PT dinilai perlu meningkatkan persiapan penerimaan mahasiswa baru.

Pengamat pendidikan Universitas Paramadina, Mohammad Abduhzen menilai ketidaksiapan konsep Ospek dari pihak kampus melahirkan kecenderungan kekerasan yang dilakukan senior terhadap juniornya. "Misalnya, pihak Kampus perlu memilki standar panitia Ospek," ujar Abduhzen kepada Republika, Jumat (12/9).

Menurutnya mahasiswa yang memiliki prestasi akademi, keterampilan khusus perlu dilibatkan dalam agenda penerimaan mahasiswa baru. Seleksi panitia Ospek, menurut dia, perlu menilai kepribadian calon panitia tahunan itu.

Seleksi seperti itu, menurut Abduhzen seharusnya dilakuakan tidak hanya jelang Ospek. Namun seleksi untuk menentukan mahasiswa yang akan menduduki jabatan di dalam beberapa badan kemahasiswaan.

Maka itu pemilihan aktivis kampus perlu dilakukan dengan menggunakan standar yang baik. Para calon aktivis itu, kata Abduhzen harus dilatih dan dipantau. Dengan konsep demikian, maka kekerasan di dalam kampus akan bisa diminimalisasi.

Sebelumnya terjadi aksi kekerasan yang dilakukan para senior terhadap mahasiswa baru di Fakultas Teknik Universitas Lampung (Unila) dalam kegiatan orientasi mahasiswa baru atau kerap dikenal ospek. Dalam rekaman video yang tersebar di Youtube, terlihat puluhan mahasiswa mengalami kekerasan fisik maupun psikis dari seniornya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement