Selasa 02 Sep 2014 13:10 WIB

Gandeng Jepang, Unas Sosialisasi Lingkungan Sehat

Universitas Nasional (Unas) menjalin kerja sama dengan Jepang untuk melakukan sosialisasi lingkungan sehat.
Foto: Unas
Universitas Nasional (Unas) menjalin kerja sama dengan Jepang untuk melakukan sosialisasi lingkungan sehat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Universitas Nasional (Unas) menjalin kerja sama dengan Jepang untuk melakukan sosialisasi lingkungan sehat. Keduanya juga sepakat untuk memberikan bantuan biotoilet dan solusi untuk mengatasi masalah lingkungan. 

"Ini merupakan pengabdian masyarakat. Kami beserta beberapa delegasi Jepang mendatangi warga daerah Jatipadang RW 3, RW 4, RW 5 dan masyarakat daerah Setu Babakan," papar Dekan Fakultas Pertanian Unas, Sukartono dalam keterangan resminya.

Menurutnya, lingkungan bersih merupakan hal yang diinginkan seluruh masyarakat. Namun, hal itu bukan hal mudah. 

Masalah limbah yang terbengkalai dan kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungan sehat pun jadi salah satu masalah kompleks yang dihadapi pemerintah khususnya DKI Jakarta dan sekitarnya.

Karenanya, Unas mencoba melakukan sosialisasi lingkungan sehat melalui program pengabdian kepada masyarakat.

Inisiatif ini disambut hangat oleh Jepang yang kemudian bersinergi melalui beberapa universitas terkemuka di negara Sakura itu. Tak hanya perguruan tinggi, insiatif ini juga melibatkan perusahaan untuk menggalakkan penyuluhan peduli lingkungan kepada masyarakat Indonesia. 

"Universitas dan perusahaan Jepang yang terlibat dalam program ini antara lain Nagasaki University, Perfectural Of Kumamoto University, Nagasaki Institute Applied Science, Nagasaki City Division Environment dan Kumamoto Nishikan. Program pengabdian kepada masyarakat ini berlangsung pada 25 Agustus-9 September 2014," paparnya.

Ia menjelaskan, Unas dan delegasi warga Jepang tak hanya bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut masalah lingkungan yang dihadapi di DKI Jakarta dan sekitarnya. Tapi juga mendiskusikan solusi terbaik yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. 

Sperti realisasi biotoilet, pembuatan pembangkit listrik dari sampah, pembuangan limbah oleh pemda ke swastanisasi, pengadaan bank sampah di tiap daerah, pendidikan di tingkat rendah, lomba semboyan, pemberdayaan pemilihan kategori limbah sebelum dibuang, hingga 5R (recycle, reuse, reduce, replace, dan replant).

"Menyelesaikan limbah tidak hanya menggunakan teknologi. Tetapi harus ada dukungan dari masyarakat yakni dengan diadakannya pembinaan masyarakat secara berkala," ujar delegasi Jepang yang berasal dari Universitas Nagasaki, Hayashi Sensei yang telah menangani masalah lingkungan di Jakarta khusunya selama kurang lebih 23 tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement