Selasa 13 May 2014 09:50 WIB

RI Bantu Susun Program Kajian Islam Eropa

Azyumardi Azra
Azyumardi Azra

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Indonesia diminta membantu menyusun kurikulum program S2 yang akan diterapkan di Fakultas Teologi dan Kajian Agama, Universitas Katolik Lueven ( Katholieke Universiteit Leuven - FTKA-KUL ) di Belgia.

Program S2 Kajian Islam di Universitas Katolik Lueven ini merupakan yang pertama di seluruh Eropa karena disusun dari awal dengan melibatkan akademisi Indonesia dengan konsep dan karakternya yang khas, demikian Counsellor KBRI Brusel Riaz J.P. Saehu kepada Antara London, Selasa.

Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Azyumardi Azra membantu penyempurnaan konsep penyelenggaraan Program S2 Kajian Islam (MA Program in Islamic Studies) yang tengah disiapkan tim kerja dengan penanggung jawab dari FTKA KU.

Dikatakannya Program S2 Kajian Islam yang pertama di seluruh Eropa karena disusun dari awal dengan akademisi Indonesia dengan konsep dan karakternya yang khas.

Prof. Azyumardi Azra selama tiga minggu menjadi " Visiting Professor" di Fakultas Teologi dan Kajian Agama, Katholieke Universiteit Leuven (FTKA-KUL) di Belgia mengkaji sumber belajar dan jaringan kerjasama, serta dukungan tenaga pengajar ke KUL.

Program rencananya akan dibuka untuk pertama kali di KUL pada Musim Gugur Tahun Akademik 2014-2015, demikian mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Prof. Azyumardi menekankan agar program S2 Kajian Islam ini memiliki arah dan tujuan untuk memberikan perspektif yang lebih akurat tentang Islam dan kaum Muslim, baik di kalangan Muslim sendiri maupun non-Muslim khususnya di Belgia atau Eropa umumnya.

Program diarahkan untuk membuka wawasan intelektual, pemahaman dan praktek keislaman yang lapang, moderat dan toleran di kalangan generasi muda di Eropa yang kelak diharapkan akan menjadi pemimpin Eropa di masa yang akan datang.

Untuk kepentingan itu, Prof. Azra menekankan dalam proses pembelajaran dapat diberikan perhatian khusus tentang kontekstualisasi dan indigenisasi Islam di Belgia/Eropa.

Dengan begitu, para alumni Program S2 ini selain dapat menjelaskan dan sekaligus melakukan kontekstualisasi dan indigenisasi Islam, sehingga Islam bukan lagi merupakan sesuatu hal yang imported dari tempat lain dan asing bagi masyarakat Belgia pada khususnya, dan Eropa pada umumnya, katanya.

Duta Besar RI Arif Havas Oegroseno menjelaskan Indonesia menawarkan bantuan seiring dengan kebijakan baru Pemerintah Belgia agar KUL membentuk program S2 Kajian Islam untuk mengakomodasi keinginan masyarakat Belgia dan Muslim di Eropa dalam mengembangkan pengertian yang lebih baik dan lebih akurat tentang Islam dan masyarakat Muslim.

Dubes Havas berharap apabila Program S2 Kajian Islam di KUL ini terwujud, akademisi Perguruan Tinggi Agama Islam di Indonesia dari UIN dan IAIN dapat menjadi tenaga pengajar di universitas tersebut, dan secara tidak langsung dapat mengangkat stature Indonesia sebagai negara demokrasi dengan masyarakat Muslim terbesar di dunia.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement