Senin 17 Mar 2014 18:09 WIB

Mayoritas Kampus Swasta di Jabar Tak Sehat

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Djibril Muhammad
wisuda ilustrasi
Foto: Tahta Aidila/Republika
wisuda ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Para calon mahasiswa harus berhati-hati dalam memilih perguruan tinggi swasta (PTS) di Jawa Barat. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah IV melansir banyak PTS di wilayah Jabar dan Banten tidak memenuhi syarat yang seharusnya.

''Dari 476 PTS yang sehat hanya sekitar 20-30 persen saja. Artinya, sekitar 70 persen tidak sehat,'' ujar Koordinator Kopertis (Wilayah IV, Jabar dan Banten , Abdul Hakim Halim kepada wartawan, Senin (17/3)

Abdul mengatakan, PTS tersebut dinilai tak sehat karena tak memenuhi persyaratan mendirikan perguruan tinggi yang seharusnya. Diantaranya karena rasio dosen dan mahasiswanya tak sesuai standar. Untuk IPA, rasio dosen dan mahasiswa seharusnya 1:20. Sementara IPS, rasio nya 1:30. 

''Banyak perguruan tinggi yang banyak menerima mahasiswa di program studi tertentu. Jadi dosennya kurang,'' katanya.

Selain itu, kata dia, banyak dosen yang memiliki pekerjaan lain. Bahkan, ada kasus dosen yang memiliki sertifikasi dua kali sebagai dosen dan guru. Padahal, hal tersebut tidak dibolehkan. Pada kasus ini, Dikti (Dijen Pendidikan Tinggi) sudah melakukan pembersihan.

Semua dosen yang memiliki sertifikasi dosen dan guru, dibersihkan. Jumlahnya, ada di 400 PTS se-Indonesia dibuang. Pada PTS ini, Dikti menghentikan pelayanannya. ''Jadi, kalau ada dosen di PTS itu yang mau mengajukan sertifikasi atau beasiswa ditolak sebelum diperbaiki datanya. Dosen yang sertifikasi dobel itu, harus  diberhantikan. Se-Jabar dan Banten, jumlahnya ada 112 dosen,'' katanya.

Menurut Abdul, awalnya Kopertis akan mengumumkan PTS yang tidak sehat tersebut ke masyarakat pada Senin (17/3). Namun, karena ada PTS yang kesalahannya sedikit dan bisa diperbaiki, maka Kopertis memberikan waktu ke PTS tersebut untuk memperbaiki dahulu. Kopertis memberi waktu tiga bulan bagi PTS untuk membenahi diri.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement