Selasa 04 Mar 2014 20:22 WIB

UGM-Osaka Kembangkan Sistem Komunikasi Bencana

Peta bencana longsor dan banjir di Manado
Foto: Dok/Pusat Laboratorium Geologi UGM
Peta bencana longsor dan banjir di Manado

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA --  Institute of International Studies Universitas Gadjah Mada Yogyakarta bersama Universitas Osaka Jepang dan PT Gamatechno, Selasa, meluncurkan aplikasi sistem komunikasi tanggap bencana praktis yang dapat memanfaatkan telepon pintar sebagai sarana input data.

Peneliti dari Osaka University, Stefano Sukamoto Selasa mengatakan dengan peluncuran aplikasi itu, diharapkan bantuan dapat lebih cepat sampai di lokasi terdampak bencana. "Dengan aplikasi yang pertama kali di dunia ini, kami harapkan bantuan bisa menyeluruh dalam waktu satu hingga dua hari,"kata dia yang merupakan inisiator sistem itu seperti dilansir Antara, Selasa (4/3).

Meski demikian, ia mengakui aplikasi itu masih membutuhkan kritik serta pengembangan lebih lanjut. Dengan aplikasi itu diharapkan kerja sama Indonesia-Jepang dalam kebencanaan dapat terjalin kembali.

"Ini belum sempurna. Ini langkah pertama kami," kata Sukamoto.

Manager Riset dan Bisnis Development PT Gamatechno UGM, Novan Hartadi dalam peluncuran itu mengatakan aplikasi yang dikembangkan sejak Oktober 2013 itu memiliki kelebihan dengan perolehan data berbasis lokasi.

"Jadi nanti bagi yang terdampak bencana bisa langsung memencet tombol saja melalui smartphone, sekaligus sebagai penyumbang data," kata Novan.

Menurut dia, saat bencana terjadi, para pengguna aplikasi yang telah terdaftar dapat membantu mengirimkan informasi melalui aplikasi itu. Aplikasi itu dapat diunduh di Google Playstore.

Dalam aplikasi itu antara lain disediakan pertanyaan dan jawaban yang dapat pilih oleh pengguna dengan tujuan merefleksikan keadaan saat itu.

"Data yang terkumpul kemudian dikelompokkan dan divisualisasikan ke dalam sebuah peta yang mengindikasikan wilayah yang rusak dengan titik berwarna merah, kuning dan hijau," kata dia.

Dengan informasi yang terkumpul, badan-badan kebencanaan seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Palang Merah Indonesia (PMI) dapat melakukan identifikasi daerah terkena bencana.

"Dengan demikian mereka (badan kebencanaan) dapat membuat prioritas dalam pengiriman bantuan,"kata dia.

Manager Institute of International Studies (IIS) Universitas Gadjah Mada (UGM), Maharani mengatakan sebagai projek percontohan, pihaknya akan menyasar civitas academica UGM khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) untuk menggunakan aplikasi itu.

"Kami sudah bicara dengan Dekan FISIPOL bahawa kami akan meminta karyawan, mahasiswa, serta dosen untuk mengujicoba aplikasi itu,"kata dia.

Menurut Maharani apabila proses uji coba yang dilakukan mulai Maret hingga Agustus 2014 berhasil, maka diharapkan dapat dikembangkan agar dapat digunakan dalam skala yang lebih besar.

Sementara itu, Kepala bidang program TRC BPBD DIY, Krisnadi Setiawan mengusulkan agar relawan penyumbang informasi bencana itu tidak dilakukan secara perorangan, melainkan kolektif. Sukarelawan yang dipilih menurut dia harus terjamin kredibilitasnya sehingga setiap informasi yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan.

"Kalau boleh jujur kami sebenarnya tidak kekurangan, melainkan kelebihan informasi terkait informasi bencana, beberapa di antaranya ada yang tidak dapat dipertanggungjawabkan,"kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement