Sabtu 05 Oct 2013 14:29 WIB

Jurnal Predator, Musuh Para Ilmuwan dan Peneliti?

Rep: agung sasongko/ Red: Taufik Rachman
jurnal ilmiah
Foto: fhui
jurnal ilmiah

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Plagiatisme masih menjadi momok menakutkan dalam dunia jurnal penelitian nasional. Namun, ada isu lain yang tak kalah menyeramkan, yakni jurnal predator.

Isu tersebut beberapa tahun belakangan jadi pembicaraan hangat dikalangan ilmuwan. Ini karena, jurnal tersebut rentan disalahgunakan pihak-pihak tertentu guna mengeruk keuntungan finansial.

Terry Mart, peneliti Universitas Indonesia (UI) menilai jurnal predator ini adalah jurnal yang dibuat untuk kepentingan uang dengan mengabaikan etika ilmiah yang seharusnya. Ini yang kemudian harus diwaspadai para peneliti.

Menurut Mart, cukup mudah mengetahui seperti apa ciri-ciri jurnal predator ini. Misalnya, harganya yang mahal, volume relatif baru dan sulit dicari alamat penerbitnya.

"Cirinya berbeda dengan jurnal berkualitas, dimana jurnal berkualitas itu terindeks secara global, dan visibilitas tinggi," kata dia, ketika berbicara dalam acara National Symposium of Journals Quality 2013, kampus Bisnis Prasetya Mulya, Jakarta, Sabtu (6/10).

Peneliti dan penulis buku ilmiah, F Budi Hadiman mengungkap solusi dalam menghadapi plagiatisme dan jurnal predator ini perlu semacam komitmen mengikuti aturan pembuatan jurnal.

Selain itu, dalam pembuatan jurnal tersebut butuh inovasi bukan adaptasi. Ini penting dilakukan guna menghindari peneliti terperangkat dalam tindakan tidak terpuji, "Saya berharap para peniliti melawan tindak plagiatisme dan Jurnal Predator, " kata dia.

Acara National Symposium of Journals Quality 2013 ini diikuti pengelola dan penulis jurnal dari berbagai daerah, dengan total peserta umum 205 orang, perguruan tinggi 178 orang , dan sekitar 30 orang dari berbagai lembaga peneliti terkemuka.

Selain membahas tema Jurnal Predator dan plagiatisme, acara ini juga menyentuh tema-tema Jurnal lainnya, yakni Current Condition of Indonesian Journals dan The Way of Accomplishing International Indexation.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement