Jumat 05 Jul 2013 20:25 WIB

Stikes 'Aisyiyah Dapat Izin Selenggarakan S2 Kebidanan

Rep: Heri Purwata/ Red: Djibril Muhammad
 Lambang STIKES Aisyiyah.
Foto: carikampus.com
Lambang STIKES Aisyiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta mendapat izin untuk menyelenggarakan pendidikan S2 Kebidanan. Surat izin diserahkan langsung Direktur Jendral Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Prof Djoko Santoso kepada Ketua Stikes Aisyiyah Yogyakarta, Warsiti di Sleman, DIY, Jumat (5/7).

Penyerahan dilakukan bersamaan dengan ceramah dan dialog ilmiah 'Membangun Pendidikan Tinggi Kesehatan yang Unggul', di Kampus Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta di Jalan Ring Road Barat, Sleman.

Pendidikan S2 diharapkan bisa membuat perguruan tinggi lebih dinamis. Pendidikan S2 juga dimaksudkan untuk meningkatkan standar pendidikan di bidang kesehatan. "Kalau kita mempunyai standard yang tetap, orang yang berada di belakang akan lebih bodoh dibanding pendahulunya," kata Djoko Susilo.

Dijelaskan Djoko saat ini di Indonesia ada sekitar 3 ribu perguruan tinggi. Sebanyak 200 perguruan tinggi sedang berurusan dengan pengadilan.

"Adanya perguruan tinggi yang berurusan dengan pengadilan membuat saya sibuk menghadiri sidang. Namun dari 200 perguruan tinggi itu tidak ada yang bersal dari Muhammadiyah maupun 'Aisyiyah," tutur Djoko.

Untuk membuat perguruan tinggi unggul, Djoko melanjutkan, pengelola harus mematuhi aturan perundang-undangan. Selain itu, juga memahami perkembangan pendidikan tinggi. Membuat road map atau rencana strategis untuk mewujudkan cita-citanya. Kemudian menyelenggarakan pendidikan dan penjaminan mutu yang melampaui standar. Serta diikuti kepemimpinan yang kokoh.

Sedang agar unggul di bidang kesehatan, Djoko Susilo menambahkan perguruan tinggi harus bisa memetakan kinerja masing-masing dosen pada pilar tri dharma perguruan tinggi. Memetakan publikasi dosen dan mahasiswa pascasarjana. Serta memadu padankan defan visi dan misi perguruan tinggi.

Selanjutnya, diaplikasikan pada pengabdian masyarakat, pendidikan, dan penelitian. "Ukuran keberhasilan pengabdian masyarakat adalah adanya jurnal, paten, aplikatif di masyarakat. Sedang keberhasilan pendidika, lulusan mendapat pengakuan baik dari masyarakat. Keberhasilan penelitian ukurannya publikasi, Haki, model buku ajar," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement