Rabu 12 Jun 2013 22:03 WIB

ITS Kukuhkan Tiga Guru Besar Teknik

Lambang ITS Surabaya.
Foto: carikampus.com
Lambang ITS Surabaya.

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Guru Besar dari Jurusan Teknik Sipil ITS Prof Tavio ST MT PhD menawarkan rancangan struktur beton yang tahan gempa untuk mengurangi jumlah korban di saat bencana alam.

"Banyaknya korban bencana alam sebenarnya bukan hanya akibat bencana itu, namun akibat struktur bangunan tempat tinggal yang rapuh," katanya di Surabaya, Rabu.

Ia mengemukakan hal itu saat dikukuhkan sebagai guru besar bersama dua rekannya, yakni Prof Dr Ir Sekartedjo MSc (Teknik Fisika) dan Prof Ir Achmad Zubaydi (Teknik Perkapalan).

Dalam orasi ilmiahnya, Guru Besar dalam bidang Ilmu Struktur Beton ITS itu menjelaskan struktur bangunan yang rapuh itu akibat struktur menggunakan beton bertulang.

"Memang benar beton tersebut sangatlah kokoh, tetapi perlu diperhatikan bahwa beton itu lemah terhadap daya tarik, sehingga saat gempa terjadi pun rawan runtuh," kata dosen Teknik Sipil ITS itu.

Untuk mengatasi masalah tersebut, peraih doktor dari Nanyang Technological University, Singapura itu menawarkan inovasi pengekangan pada beton agar bangunan lebih tahan gempa.

"Dengan penambahan profil baja siku ringan pada pengekangan eksternal, maka nilai daktilitas beton akan meningkat, sehingga bangunan lebih tahan gempa," kata guru besar ke-106 ITS itu.

Pria kelahiran Surabaya pada 27 Maret 1970 itu menambahkan bangunan boleh rusak berat karena tidak kuat saat gempa bumi, tetapi bangunan tidak boleh roboh saat gempa bumi terjadi.

Sementara itu, Guru Besar dari Jurusan Teknik Fisika ITS Prof Dr Ir Sekartedjo MSc menjelaskan peranan rekayasa fotonika yang sekarang sangatlah besar, terutama pada bidang telekomunikasi dan kedokteran.

"Laser dan serat optik adalah contoh rekayasa fotonika yang penggunaannya sangat luas saat ini," kata guru besar dalam bidang ilmu rekayasa fotonika itu.

Lain halnya dengan guru besar dalam bidang ilmu getaran struktur kapal di Jurusan Teknik Perkapalan ITS, Prof Ir Achmad Zubaydi MEng PhD.

"Teknik yang mengombinasikan random vibration response dalam bentuk autocorrelation function dengan neural network techniques akan sukses mengidentifikasi keberadaan kerusakan, juga tingkat dan lokasinya," kata guru besar asal Gresik itu.

Dalam sambutannya, Rektor ITS Prof Dr Ir Tri Yogi Yuwono DEA mengatakan ITS butuh sedikitnya 170 guru besar pada tahun 2017, karena jumlah mahasiswa pascasarjana ITS pada tahun itu diperkirakan sebanyak 3.400 mahasiswa.

"Nantinya, saya berharap ITS mampu mencetak 15 guru besar setiap tahunnya," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement