Jumat 26 Nov 2010 11:13 WIB

Yang Terserak di Hari Guru

Rep: Agung Sasongko/ Red: irf
Guru mengajar/ilustrasi.
Guru mengajar/ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Hari Guru Nasional serupa dengan hari besar lain selalu diresapi sebatas seremonial belaka. HGN tidak sepenuhnya diiringi dengan penuntasan masalah yang menerpa pendidikan nasional. Meski demikian, harapan adanya solusi penyelesaian carut marut pendidikan nasional tetap disuarakan pahlawan tanpa tanda jasa.

"Momen ini sangat tepat untuk menjadikan ajang refleksi terhadap fungsi guru. Pemerintah telah berusaha untuk mencarikan solusi penyelesaian masalah pendidikan nasional meski pun belumlah cukup mengatasi persoalan itu secara tuntas," papar Ugan Sugandi, Guru SDN Lumbung, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kepada Republika.co.id, di Jakarta, Kamis (25/11).

Purna Kabiyati, guru Madrasah Ibtidaiyah (MI), Giriloyo, Imogiri, Yogyakarta menuturkan tanggung jawab guru kian berat seiring dengan usaha untuk memperbaiki kesejahteraan. Jadi, kata dia, meski kesejahteraan guru telah diperbaiki tapi tidaklah mengurangi beban tanggung jawab guru terhadap bangsa.

Siti Waliyati, Guru SDN 08 Langkahan, Aceh Utara mengatakan para guru sibuk untuk menuntut haknya. Karena itu, Siti melanjutkan, fokus guru menjadi terpecah. Pada akhirnya masalah itu berdampak pada anak didik. "Saya akui guru memang sibuk dengan masalah haknya. Maka dari itu, HGN bisa menjadikan momen untuk mengingat kembali posisi guru," paparnya.

Hal senada juga disampaikan, Lismawati, guru SDN Jaringao, Ciracab, Sukabumi, Jawa Barat. Menurutnya, para guru masih memiliki kekurangan. Sebabnya, fungsi guru itu adalah belajar. "Kekurangan itu seharusnya menjadikan guru menjadi lebih baik," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement