Rabu 10 Nov 2010 19:02 WIB

Di Jateng, Minat Masuk SMK Lebih Besar Ketimbang SMA

Siswa SMK/ilustrasi
Foto: viruscerdas.com
Siswa SMK/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG--Dinas Pendidikan Jawa Tengah mencatat minat peserta didik masuk sekolah menengah kejuruan (SMK) lebih besar dibandingkan dengan sekolah menengah atas (SMA). "Kecenderungan ini (minat masuk SMK, red.) ternyata terus mengalami peningkatan setiap tahun," kata Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Jateng, Kartono, di Semarang, Rabu.

Ia mengatakan, pada tahun ajaran 2008/2009 tercatat minat masuk SMK sebesar 52 persen sedangkan SMA 48 persen, kemudian pada tahun ajaran 2009/2010 minat masuk SMK 57 persen sedangkan SMA 43 persen.Peminatan masuk SMK tersebut ternyata kembali meningkat pada tahun ajaran 2010/2011 dengan mencatat angka 59,4 persen, sedangkan peminatan SMA sebesar 40,6 persen.

Meningkatnya angka peminatan SMK tersebut, kata dia, dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain bertambahnya angka partisipasi kasar (APK), terutama untuk rentang usia antara 16-18 tahun.

"Kebutuhan tenaga kerja juga menjadi salah satu penyebabnya, mengingat SMK memang menyiapkan lulusannya untuk masuk dalam dunia kerja maupun berwirausaha menghadapi persaingkan yang kian ketat," katanya.

Ia menjelaskan, pola pendidikan SMK saat ini sudah beradaptasi dengan perkembangan dengan menyiapkan siswa untuk membuka usaha atau menciptakan lapangan kerja sendiri setelah mereka lulus sekolah. "Hal ini didukung pula oleh meningkatnya pertumbuhan 'business centre' yang dibangun SMK di Jateng, dari semula sebanyak 19 unit saat ini sudah berkembang sebanyak 30 unit di berbagai SMK," katanya.

Untuk menyiapkan lulusan SMK, kata dia, pola pendidikan SMK menerapkan sistem teaching factory yang menjadi wahana untuk mendidik lulusan agar mampu menghasilkan produk-produk bernilai jual. Berbagai produk yang dihasilkan para lulusan SMK tersebut, katanya, kemudian akan diperkenalkan dan dipasarkan melalui penyediaan busines centre yang dibangun oleh SMK bersangkutan. "Jadi, mereka dilatih untuk tidak hanya bisa menghasilkan produk bernilai jual, namun mereka juga harus bisa memasarkan produk-produk tersebut kepada masyarakat luas dengan kalkulasi untung-rugi," kata Kartono.

sumber : Ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement