Senin 08 Nov 2010 04:01 WIB

Patut Dicontoh, Siswa SMKN 1 Singosari Mampu Membuat 5 Unit Mobil

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Budi Raharjo
Mobil buatan siswa SMKN 1 Singosari
Mobil buatan siswa SMKN 1 Singosari

REPUBLIKA.CO.ID,MALANG--Kreativitas siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Singosari, Malang, patut dicontoh. Di tengah keterbatasan peralatan praktik di laboratorium sekolah, sepuluh siswa kelas 12 SMKN 1 Singosari Program Ototronik (Otomotif dan Elektronik) berhasil menciptakan lima mobil buatan anak negeri.

Karya besar itu terdiri dua jenis, yakni mobil double cabin dan sport utility vehicle (SUV). Dari lima mobil yang diberi merek Esemka, dua varian disebut Rajawali, dan sisanya Digdaya. Karya pertama SMK Singosari, berjuluk Digdaya I jenis double cabin, tongkrongannya mirip Ford 4 x 4. Yang beda, rancangan perdana itu menggunakan roda penggerakan 4 x 2.

Untuk jenis double cabin, saat ini SMK sudah memiliki tiga jenis mobil, yakni Digdaya I, II dan III. Jika Digdaya I merupakan mobil standar off road dan city car. Maka, Digdaya II berwarna merah menyala yang berpenggerak roda 4 x 4. Desain terakhir diluncurkan Digdaya III berwarna putih.

Dari segi pembuatan, Digdaya I menyedot dana Rp 150 juta, Digdaya II dan III Rp 125 juta. Seluruh jenis Digdaya itu jika diproduksi massal bisa dilepas ke pasaran dengan harga Rp 150 juta. Harga itu sudah komplit termasuk segala piranti, mesin yang digunakan juga berkelas General Motors.

Menanggapi itu, Kepala Program Ototronik SMKN 1 Singosari Agung Purnama mengaku sebenarnya pihaknya bercita-cita mobil karya siswanya tersebut dijadikan prototype pengembangan mobil nasional (mobnas) dalam jangka panjang. Namun, ia menyadari banyak jalan terjal yang harus dilewatinya untuk mewujudkan mimpi membanggakan tersebut.

“Untuk mengembangkan mobnas, butuh perjuangan luar biasa sebab setiap komponen yang dibuat dalam negeri harus meminta ijin lisensi kepada pabrik mobil besar di dunia, seperti Toyota, Daihatsu maupun General motor,” ungkapnya ketika ditemui //Republika di pameran pendidikan Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim dan Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendiknas di Jatim Expo, Surabaya, Ahad (7/11).

Akibat harus meminta lisensi dan tes standar uji, sebut Agung, industri mobnas sulit direalisasikan sebab belum ada industri dalam negeri yang bisa menyediakan setiap komponen mobil, baik mesin maupun bodi mobil. Maka itu, ia meminta dukungan pemerintah agar setiap hasil karya anak negeri yang berkelas dunia bisa difasilitasi agar Indonesia bisa berjaya di negeri sendiri.

“Padahal dari segi kualitas dan kreativitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia tak kalah dengan negara maju. Saya menyesal kita kalah dengan Malaysia yang punya Proton (mobnas Malaysia),” terang Agung.

Sedangkan, siswa kelas 12 Program Ototronik SMKN 1 Singosari, yang ikut merakit mobil Tomi Lusianto mengaku tak ada hambatan dalam merakit mobil. Ia mengaku cukup mudah terlibat bersama sembilan teman lainnya untuk menyelesaikan pembuatan mobil dalam rentang waktu sebulan.

“Tak ada masalah, sebab sebelumnya kami belajar dari teori dalam kelas dan melihat senior yang lebih dulu pernah merakit mobil. Kami hanya ingin mobil ini bisa dipakai masyarakat sebab itu merupakan kebanggaan tersendiri,” kata Tomi.

Ia berharap agar pemerintah mau berkomitmen untuk memberikan bantuan agar siswa SMKN 1 Singosari bisa memproduksi lebih banyak mobil dalam negeri. “Inginnya seperti itu sebab saya sebentar lagi lulus. Jika ada bantuan pemerintah, saya bisa bekerja merakit mobil sebab saya sudah mulai terbiasa membuatnya bersama teman-teman,” aku Tomi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement