Rabu 03 Nov 2010 01:19 WIB

Fasilitas untuk Siswa Pengungsi Merapi Minim

Rep: Nuraini/ Red: Endro Yuwanto
Salah satu hiburan bagi anak-anak pengungsi Merapi
Salah satu hiburan bagi anak-anak pengungsi Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN--Ratusan siswa yang belajar di tenda pengungsian Desa Keputran, Kecamatan Kemalang, Klaten, terpaksa menggunakan kursi sebagai alas menulis. Minimnya fasilitas untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tersebut, diakui, siswa menyulitkan proses belajar.

“Kakiku pegal banget,“ ujar Winda (13 tahun), siswa SMP 1 Kemalang di tenda pengungsian Desa Keputran, Selasa (2/10).

Dari pantauan Republika di sejumlah tenda pengungsian di lapangan Desa Keputran, sejumlah siswa mendapat tugas menulis. Tidak tersedianya meja di tenda, membuat siswa menggunakan kursi sebagai alas menulis. Sementara siswa berjongkok di atas tanah. Di tenda yang lain, sejumlah siswa duduk di atas tanah sambil mendengarkan pengajaran dari guru.

Winda mengatakan, tidak adanya meja lantaran sempitnya tenda pengungsian. “Kalau ada meja, tendanya tidak muat, “ ungkapnya. Karena itu, meja dari sekolah yang lokasinya dekat dengan lapangan tersebut tidak dipindahkan ke tenda.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Klaten, Sunardi, pihaknya sudah mengimbau ke setiap kepala sekolah agar guru menyesuaikan pelajaran dengan kondisi pengungsian. Dia mengungkapkan guru perlu memperbaiki sistem belajar siswa. “Saya sudah imbau kepala sekolah agar disampaikan guru, cari strategi pembelajaran siswa yang disesuaikan dengan kondisi di luar, bukan seperti di dalam kelas, “ ujarnya.

Pelajaran tersebut, ungkapnya, dapat bersifat situasional. Karena itu, guru sebaiknya tidak memberikan banyak tugas khususnya tulis menulis terlebih dahulu. “Guru harus dapat membuat pelajaran lebih menyenangkan, lebih menarik. Tidak perlu yang disampaikan guru dicatat terus. Mungkin bisa diganti dengan permainan atau membacakan cerita, “ terangnya.

Selain itu, Sunardi mengatakan, guru diharapkan dapat memberikan bimbingan konseling kepada siswanya. Hal ini mengingat kondisi psikologis siswa di pengungsian dikhawatirkan mengganggu KBM. “Guru juga harus dapat memberikan bimbingan konseling kepada anak-anak agar siswa merasa tidak terganggu dengan kondisi belajar di pengungsian,“ jelasnya.

Meski belajar di pengungsian, Sunardi yakin hal itu tidak akan mengganggu prestasi siswa. “Jika hanya dua minggu belajar di lokasi pengungsian tidak akan mengganggu prestasi belajar, “ ungkapnya. Sementara itu, terkait kebutuhan alat tulis di pengungsian Klaten, tegasnya, sudah terpenuhi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement