Sabtu 10 Jul 2010 06:07 WIB

PAUD Holistik, Kembangkan Karakter Anak Usia Dini

Rep: Anissa Mutia/ Red: Endro Yuwanto
Pendidikan membentuk anak menjadi utuh/ilustrasi
Pendidikan membentuk anak menjadi utuh/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR—Keberadaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD ) semakin banyak. Namun, biasanya anak-anak kerap hanya bermain di sana.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Indonesia Heritage Foundation (IHF), Dr Ratna Megawangi saat launching Labschool PAUD IPB-ISFA, Kota Bogor, Jumat (9/7). ''Karena itu kami membuka PAUD Holistik berbasis karakter,'' kata Ratna.

Menurut Ratna, PAUD Holistik adalah pendidikan untuk membentuk anak menjadi manusia yang utuh (holistik) melalui pengembangan aspek fisik, emosi, sosial, kreatifitas, spritiual, dan kognitif. ''Jadi di PAUD Holistik, emosi dan kreativitas anak dikembangkan begitu juga dengan akademik dan motoriknya,'' ujar dia.

Imajinasi anak, lanjut Ratna, akan dibuka dengan aktivitas yang diberikan di PAUD. Anak-anak berada di PAUD selama tiga jam. ''Di sini anak akan berani bicara, berkreasi tapi tetap santun. Guru hanya sebagai fasilitator, tapi para guru juga akan mendapatkan pelatihan pendidikan holistik berbasis karakter,” kata Ratna.

Keunggulan PAUD Holistik ini antara lain dapat menggali potensi anak, menggunakan dua bahasa pengantar yakni Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, dan mutu pendidikan internasional. Selain itu, di Labschool PAUD IPB-ISFA juga dibuka program untuk anak berkebutuhan khusus. ''Anak juga akan dilatih untuk bisa menceritakan kembali cerita yang diberikan oleh guru, ini tentunya melatih keberanian anak dan kreativitas mereka,'' kata dia.

PAUD Holistik pertama kali dibuka di Cimanggis, Depok. “Di sana tidak hanya PAUD tapi SD, SMP pun berbasis karakter. Untuk Bogor, merupakan pionir,” jelas Ratna.

Ratna mengatakan, pendidikan holistik berbasis karakter penting karena 80 persen pertumbuhan dan perkembangan otak terjadi di usia dini. ''Pendidikan yang terlalu berorientasi kepada akademik pada anak-anak usia dini menyebabkan anak tidak mampu berpikir kritis, tidak dapat menyelesaikan masalah dan tidak kreatif. Anak juga menjadi tidak suka belajar,'' ujarnya.

Selain itu, sambung Ratna, anak usia dini yang dibekali kecakapan sosial dan emosional yang baik serta rasa senang untuk belajar terbukti lebih siap memasuki sekolah dasar. ''Pembentukan karakter di usia dini akan mempengaruhi karakter anak di masa dewasa,'' imbuh Ratna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement