Rabu 07 Jul 2010 02:43 WIB

Orang Tua Siswa Kecewa Harus Daftar Ulang

Rep: c26/ Red: Arif Supriyono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-–Puluhan ibu-ibu itu sedang berderet panjang di depan SMAN 13 Jakarta Utara. Mereka menunggu giliran mendapatkan formulir pendaftaran untuk putra-putri mereka yang hendak masuk SMAN 13 di Jakarta.

Namun, wajah mereka rata-rata muram. Mereka sepertinya kecewa karena proses pendaftaran siswa baru melalui online itu harus mereka lakukan dua kali.

Rusma (42 tahun), seorang warga Rawa Badak 3, Kecamatan Koja sedang terlihat resah, mukanya memerah karena sudah hampir tiga jam menunggu. "Dari tadi tak selesai-selesai. Ini menjengkelkan, waktu terbuang percuma," kata Rusma, Selasa (7/7).

Kekecewaan serupa juga diungkapkan Ermawati (40) asal Lontar 3, Rawa Badak, Kecamatan Koja. Ia terlihat kelelahan. “Panas begini antre mas, ya kecewalah. Kemarin kan sudah daftar, tapi harus daftar lagi,” kata Ermawati yang mendaftarkan anaknya.

Perempuan berkacamata yang hendak mendaftarkan anaknya, Rizky Erlita Sari, ke SMAN 83 Sukapura berharap kejadian serupa tidak akan terulang. Rusaknya pendaftaran dengan sistem online yang menyebabkan daftar ulang, menurut dia, telah meresahkan orang tua siswa.

Begitupula dengan Purwati (43). Perempuan yang hendak mendaftarkan putrinya di SMAN 75 itu mengaku kecewa dengan masalah yang sempat terjadi pada sistem pendaftaran online penerimaan peserta didik baru (PPDB). “Saya sudah sampai di sini sejak pukul 06.30, takut tidak kebagian formulir," ujarnya saat ditemui di SMA Negeri 75, Jalan Komplek Dinas Kebersihan, Semper Barat, Jakarta Utara.

Kepala Sekolah SMA 13, H Aswad Syahrir, memahami kekecewaan orang tua siswa. Menurut dia, tak ada yang menghendaki macetnya sistem online yang meresahkan orang tua siswa tersebut. “Hak mereka memang seperti itu (kecewa, red). Kita tak bisa bendung. Dari sisi waktu semuanya dirugikan. Semuanya lelah,” jelasnya.

Syahrir menambahkan, peristiwa itu terjadi karena sistem penerimaan yang dipakai tidak mampu membendung jumlah pendaftar. Hal itu terjadi di seluruh Jakarta.

Oleh karenanya, setelah dievaluasi, kata dia, Dinas Pendidikan DKI Jakarta memutuskan untuk meninggalkan mesin yang tak mampu menampung bebaan itu dan berganti dengan mesin yang baru. “Alhamdulillah, dalam setengah hari, hampir separuh dari pendaftar kemarin terlayani,” ungkap Syahrir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement