Selasa 06 Jul 2010 05:00 WIB

Guru-Dosen Belum Bisa Dorong Siswa Aktif dalam Proses Belajar

Rep: Anissa Mutia/ Red: Endro Yuwanto
Seorang guru sedang mengajar di kelas/ilustrasi
Seorang guru sedang mengajar di kelas/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sebagian besar guru dan dosen di Indonesia belum mampu memberikan metode belajar yang memungkinkan para peserta didik aktif dalam proses belajar mengajar. Ini berdasarkan analisis dan temuan United States Agency for International Development (USAID).

USAID melaporkan, kurang lebih sepertiga pelajaran yang diobservasi di kelas tingkat dasar sampai pendidikan tinggi masih didominasi dengan ceramah.

''Masih banyak guru dan dosen di Indonesia yang menerapkan perkuliahan dengan metode pembelajaran konvensional,'' ujar Direktur Pendidikan Tinggi, Djoko Santoso, saat memberikan keterangan pers di Kantor Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), Senin (5/7).

Akibat metode mengajar yang konvensional tersebut proses belajar tidak berjalan secara kreatif, efektif, dan menyenangkan. Menurut Djoko, dosen ataupun guru hanya memberikan kuliah di depan kelas dan mahasiswa sebagai pendengar.

Oleh karena itu, Djoko mengatakan, para guru dan dosen perlu diberikan pelatihan agar mampu mengembangkan diri mengajar secara interaktif dan mendorong siswa atau mahasiswa berperan aktif di setiap pelajaran. Begitu pula dengan mahasiswa universitas keguruan dan ilmu pendidikan jurusan pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) juga diharapkan mempelajari dan menerapkan pembelajaran aktif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).

''Bukan berarti proses belajar Indonesia lebih buruk dari negara lain, melainkan ini upaya guru dan dosen secara global menerapkan pengajaran yang aktif,'' ujar Djoko.

Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal juga meminta agar pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan harus terus dilakukan. Dia mengatakan, upaya-upaya untuk menambah pengetahuan di bidang pedagogik hendaknya dijadikan menu yang mudah untuk diambil oleh guru, sekolah, perguruan tinggi (PT), dan pemerintah daerah.

"Active learning melahirkan kreativitas, inovasi, dan pembelajaran kontekstual yang berarti bagi mereka (mahasiswa). Bukan hanya sekadar menjawab pertanyaan dosen supaya dia bisa lulus, tapi merangsang kreativitas dan inovasi," tegas Fasli.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement