Rabu 10 Oct 2012 16:22 WIB

Wamendikbud Nilai Rasio Guru-Siswa Bagus

Wamendikbud Musliar Kasim
Foto: Republika/Wihdan
Wamendikbud Musliar Kasim

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud), Musliar Kasim menilai rasio antara jumlah guru dan siswa di Indonesia sudah lebih bagus dibandingkan rasio guru-siswa di negara maju. "Rasio jumlah guru dan siswa di Indonesia sekarang ini sudah 1:25, sementara negara maju ada yang rasionya masih 1:30. Hanya saja, distribusinya yang tidak bagus, tidak merata," katanya di Semarang, Rabu (10/10).

Hal tersebut diungkapkannya usai Pelepasan Peserta Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM3T) dan Seminar Kewirausahaan yang berlangsung di Universitas Negeri Semarang (Unnes).

Menurut dia, pendistribusian guru di Indonesia sekarang ini memang belum merata, seperti di daerah perkotaan yang jumlah gurunya berlimpah dan berlebih, sementara di daerah pedesaan masih kekurangan guru.

Pemerintah, kata dia, sudah merancang program kerja sama antarkementerian, yakni Kemendikbud, Kementerian Agama, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Dalam Negeri.

Rencana kerja sama yang akan dituangkan dalam surat keputusan bersama (SKB) itu, kata dia, dimaksudkan untuk mengatasi kekurangan guru di daerah-daerah tertentu dengan mendistribusi dari daerah yang kelebihan guru.

"Dengan adanya SKB lima menteri itu, nantinya bupati dan wali kota yang memiliki tenaga guru berlebih harus mengirimkan ke daerah-daerah yang kekurangan atau membutuhkan guru," katanya.

Sembari menunggu SKB lima menteri itu, ia mengatakan pemerintah menjalankan program SM3T, yakni penempatan sarjana mengajar di daerah tertentu selama satu tahun sebagai langkah sementara mengatasi kekurangan guru.

Pada program SM3T yang sekarang ini sudah menginjak tahun kedua, kata dia, setidaknya ada 3.000 sarjana yang dikirim mengajar ke daerah terdepan, terluar, dan tertinggal, misalnya di daerah perbatasan.

"Ada yang ditempatkan di Kalimantan, Aceh, dan daerah-daerah perbatasan lainnya. Mereka hanya ditugaskan mengajar di daerah itu selama satu tahun, setelah selesai ya mereka kembali ke daerah asalnya," kata Musliar.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement