Jumat 18 May 2012 21:47 WIB

Mendikbud Siap Hormati Keputusan MK Soal Sekolah Internasional

Aktivitas murid Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI)
Foto: Republika/Imam Budi Utomo
Aktivitas murid Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Apa pun keputusan Mahkamah Konstitusi tentang rintisan sekolah bertaraf internasional akan dihormati oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. "Saya menghormati masyarakat yang mengajukan uji materi RSBI ke MK. Apapun putusan MK akan kita taati bersama,", kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, di sela-sela pembukaan Lomba Cipta Elektroteknik Nasional (LCEN) 2012 di Surabaya, Jumat (18/5).

Didampingi Rektor ITS Prof Dr Ir Triyogi Yuwono DEA yang juga hadir dalam lomba yang digelar Mahasiswa Teknik Elektro ITS itu, ia menjelaskan bila MK memutuskan RSBI bertentangan dengan UUD 1945 atau, pihaknya akan menghormati putusan itu.

"Selama ini, pemerintah melaksanakan RSBI karena melaksanakan UU (UU Sisdiknas), kecuali dibatalkan dengan putusan MK yang menilai UU itu bertentangan dengan UUD 1945," katanya.

Namun, kata mantan Rektor ITS Surabaya, RSBI dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas. Karena itu bila MK menolak RSBI/SBI, maka peningkatan kualitas sekolah harus tetap dilakukan dengan segala upaya.

Di depan finalis dan panitia LCEN 2012, Mohammad Nuh menegaskan bahwa pihaknya telah memetakan kebutuhan pendidikan untuk mewujudkan kebijakan MP3EI (master plan percepatan pembangunan ekonomi Indonesia).

"Hasil pemetaan itu, kami menemukan bahwa kita kekurangan tiga jenis pendidikan yakni teknik, sains, dan agrikultur. Di bidang teknik, kita hanya memiliki ITB dan ITS sejak merdeka hingga sekarang, karena itu akan kita tambah," katanya.

Menurut dia, mahasiswa Indonesia saat ini mencapai 5,3 juta orang, namun sarjana teknik hanya 11 persen, sarjana sains (MIPA) hanya tiga persen, dan sarjana pertanian/agrikultur juga hanya 3,5 persen.

"Karena itu, kami akan menargetkan hingga 2015 menjadi 15 persen sarjana teknik (dari 5,3 juta mahasiswa), tujuh persen sarjana sains, dan 10 persen sarjana agrikultur," katanya di depan pelajar dan mahasiswa yang mengikuti LCEN 2012 bertema 'Green Technology for Better Nation' (18-20 Mei) itu.

Untuk mencapai target itu, ia mengatakan Kemdikbud akan melakukan tiga langkah yakni memperlebar ekspansi universitas teknik, sains, dan agrikultur yang sudah ada.

"Cara lain, kami akan membangun lembaga pendidikan baru yakni institut teknik baru, politeknik baru, dan akademi komunitas (community college), bahkan akademi komunitas akan dibangun minimal satu unit pada setiap kabupaten/kota yang saat ini berjumlah 505 kabupaten/kota," katanya.

Selanjutnya, cara lain lagi adalah melakukan konversi swasta menjadi negeri, seperti politeknik yang ada di masyarakat dan diterima masyarakat akan dijadikan politeknik negeri. "Target kami, 15 persen sarjana teknik itu akan menjadi 25-30 persen pada 2025," katanya.

Ia menambahkan institut teknologi akan dibangun lagi dua unit yakni di Sumatera dan Kalimantan, sedangkan akademi komunitas akan dibangun 40 unit dengan prioritas pada "kantong" TKI, bahkan dananya sudah disiapkan Rp200 miliar yakni Rp100 miliar dari APBN-P dan Rp100 miliar dari APBN 2012.

"Untuk politeknik juga ada beberapa, tapi tiga lokasi sudah dipastikan yakni Fakfak, Subang, dan Sampang," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement