Rabu 25 Apr 2012 16:16 WIB

Doktor UGM Raih Rekor Muri Lulus Tercepat

Rep: Yulianingsih/ Red: Djibril Muhammad
Kampus UGM Yogyakarta
Foto: Republika
Kampus UGM Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Muhammad Hafizurrachman Syarief, mahasiswa program S3 Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta meraih rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai lulusan doktor tercepat.

Pria yang lahir di Jakarta, 15 April 1959 lalu ini berhasil menggondol predikat doktor di UGM dalam kurun 1 tahun 7 bulan. Waktu yang sangat singkat untuk menempuh program ini. Meski bisa menempuh program doktor tercepat, Hafizurahman juga berhasil meraih predikat cumlaude dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,76.

Staf pengajar pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) ini menerima penghargaan MURI di Auditorium Fakultas Kedokteran UGM. Wisuda program doktor sendiri dilakukan di Graha Sabha Pramana UGM, Rabu (26/4). "Ini buah dari kerja keras saya," terangnya kepada wartawan usai wisuda program doktornya.

Menurutnya, dirinya tidak jauh berbeda dengan mahasiswa lainnya. Hanya saja kala itu sebelum dimulainya perkuliahan pada semester pertama ia mengambil program course yang ditawarkan FK UGM.

"Dengan program course ini memang bisa menghemat waktu studi selama satu semester. Saya ambil 6 SKS di tiga kota, 2 SKS di UI, 2 SKS di UGM, dan 2 SKS di Unair untuk melengkapi topik mata kuliah pilihan," jelas dosen UI yang sempat mendaftarkan diri menjadi calon rektor UGM 2012-2017 ini.

Diakuinya, program course ini bisa menghemat masa studi. Kendati begitu, hal ini bukanlah faktor utama penentu kecepatan masa studinya. Menurutnya, bisa lulus dalam waktu yang singkat karena tidak menemui banyak kendala saat pengerjaan disertasi. "Kebanyakan mahasiswa itu kan nyangkutnya saat mengerjakan disertasi," tuturnya

Namun kata dia, kemampuannya dalam metode penelitian karena mengajar mata kuliah ini di UI sangat membantunya. "Disertasi saya itu tebalnya 700 halaman dengan sekitar 300 kepustakaan. Sembari meneliti saya mencicil menulis, sehari rata-rata 1-2 halaman jadinya tidak terlalu berat. Semuanya saya kerjakan dengan disiplin," terangnya.

Menurut pengakuan Hafizurrachman, dirinya sebenarnya bisa lulus dalam waktu yang lebih cepat. "Andaikan saya diizinkan ujian pada saat tanggal yang saya ajukan yaitu pada 11-11-2011, pasti akan lebih singkat waktu studinya. Hanya saja tim promotor menyarankan saya untuk mengundur waktu ujian. Katanya kecepatan, nanti ndak bikin heboh," ceritanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement