Senin 28 Nov 2011 18:46 WIB

Ketertarikan Pelajar SMA di Bidang Teknik Minim

Rep: Muhammad Fakhruddin/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Program studi teknik kurang diminati pelajar SMA. Padahal, sarjana teknik berpotensi mengisi 60 persen kebutuhan tenaga kerja di industri dalam negeri. 

Kepala Sekretariat Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN), Daisy Radnawati, mengaku pernah melakukan survey di beberapa sekolah di Jakarta. Hasilnya, kata Daisy, apabila ada 9 kelas dalam satu sekolah, jurusan IPA hanya terdapat 3 kelas, sisanya jurusan IPS.

Dari tiga kelas jurusan IPS tersebut kemudian diservey lagi, ternyata hanya 30 persen yang melanjutkan kuliah mengambil program studi teknik. Dari 30 persen itu disurvey lagi ternyata hanya 10 persen yang mengambil program studi teknik murni, seperi Teknik Mesin dan Teknik Elektro.

"Pelajar SMA masih terpengaruh stigma bahwa belajar teknik itu susah, lama, dan lulusannya banyak menganggur," kata Daisy, usai Talk Show Ilmiah 'Meningkatkan Daya Saing Bangsa Melalui Pendidikan Sains dan Teknologi' di Kampus ISTN, Jakarta, Senin (28/11). 

Menurut Daisy, anggapan bahwa lulusan teknik banyak yang menganggur salah besar. Sebab, kuota untuk sarjana bidang teknik baru memenuhi 40 persen kebutuhan industri dalam negeri.

Sementara penyerapan sarjana dari bidang ekonomi dan sosial sudah mencapai 200 persen. "Berarti sarjana teknik masih punya potensi mengisi 60 persen kebutuhan tenaga kerja di industri dalam negeri," kata Daisy.

Karena itu, kata Daisy, sejumlah alumni ISTN yang kini menempati posisi penting di dunia kerja dihadirkan dalam beberapa talk show ilmiah selama rangkaian kegiatan Dies Natalis ISTNI ke-61 sebagai pembicara untuk memotivasi mahasiswa teknik ISTN.

"Kalau sudah lulus banyak yang masih bisa dikerjakan dan jadilah orang nomor satu di bidang itu," tegas Daisy.

Alumni Teknik Elektro angkatan 75 ISTN yang juga Direktur Utama PT PLN Geothermal, Tjahjo Sasmojo, mengatakan lulusan teknik masih sangat dibutuhkan untuk membangun industri di Tanah Air.

Sebab, masih banyak potensi sumberdaya alam Indonesia yang belum tergali. Antara lain, potensi pengembangan panas bumi di Indonesia. "Potensi sumber panas bumi Indonesia kurang lebih 27.000 MW. Hampir mencapai sepertiga potensi panas bumi di dunia," ungkap Tjahjo.

Menurut Tjahjo, potensi ini harus dikembangkan semaksimal mungkin. "Untuk mengembangkan pontensi geothermal di Indonesia ini tentunya dibutuhkan sarjana dan lulusan teknik yang banyak," kata Tjahjo.

Hal senada juga dikatakan Laras Siboro, alumni ISTN yang kini bekerja di PT Telkom Indonesia. Menurutnya, sarjana teknik masih sangat dibutuhkan untuk mengembangkan telekomunikasi di Indonesia agar bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

"Sebab, asing masih mendominasi kepemilikan saham perusahaan telekomunikasi di Indonesia," tutur Laras.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement