Kamis 22 Sep 2011 19:52 WIB

450 Ribu Anak Indonesia Putus Sekolah karena Kurang Gizi

Rep: Fernan Rahadi/ Red: Chairul Akhmad
Sejumlah siswa SMP berjalan melintasi seorang anak gelandangan (putus sekolah) yang tertidur di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Sejumlah siswa SMP berjalan melintasi seorang anak gelandangan (putus sekolah) yang tertidur di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal, menyebutkan 450 ribu siswa SMP tiap tahunnya mengalami putus sekolah akibat kurang gizi.

Jika dibuat perbandingan, maka angka tersebut merupakan satu dari enam anak di Indonesia. "Oleh karena itu, jajanan anak sekolah yang sehat dan aman diperlukan untuk mengoptimalkan proses belajar-mengajar di usia dini," ujar Fasli saat menghadiri acara penandatanganan komitmen kerjasama program 'Sekolah Sehat Sosro' di gedung Kementerian Pendidikan Nasional, Kamis (22/9).

 

Kurang gizi bagi siswa membuat mereka kesulitan konsentrasi yang mengakibatkan mereka tidak sanggup mencerna ilmu yang diberikan guru di sekolah. "Selanjutnya, mereka tidak naik kelas dan akhirnya putus sekolah," kata Fasli.

Dalam jangka panjang, putus sekolah di usia muda seperti itu, jika tidak ditangani berakibat pada buta huruf seumur hidup. Tiap tahun, Kemdiknas memiliki program beasiswa bernama Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) yang bertujuan memenuhi gizi anak kepada sebanyak 1,2 juta anak usia dini di 33 provinsi.

Beasiswa tersebut bertujuan agar terdapat jaminan bahwa anak setiap harinya mengkonsumsi 20 persen kalori dan 30 persen protein. Sama dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah bantuan tersebut sebesar Rp 380 miliar.

"Jumlahnya masih sangat kurang karena total terdapat 29 juta anak usia dini. Meskipun demikian, kami akan mencoba meningkatkan jumlahnya menjadi masing-masing tiga juta untuk anak SD," ujar Fasli.

 

Kemdiknas berharap memenuhi harapan UNESCO yang mengatakan kualitas pendidikan Indonesia bisa dikatakan bermutu seandainya 43 juta anak yang kini duduk di tingkat SD dan SMP bisa menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun.

 

Fasli memuji program CSR 'Sekolah Sehat Sosro' yang dinilainya mengajarkan bahwa esensi pendidikan tidak hanya melulu soal kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas, namun juga mengajarkan untuk bagaimana mengkonsumsi makanan sehat.

Inti program tersebut diantaranya membangun dan merenovasi kantin sehat UKS di 12 sekolah, serta menyelenggarakan workshop-workshop tentang budaya sekolah sehat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement