Senin 05 Sep 2011 20:30 WIB

Rektor UI: Saya Terbuka Terima Masukan

REPUBLIKA.CO.ID,DEPOK--Rektor Universitas Indonesia (UI) Gumilar Rusliwa Somantri menegaskan bahwa pihaknya sangat terbuka untuk menerima masukan-masukan demi perbaikan perguruan tinggi tersebut. "Saya selalu terbuka untuk menerima masukan kebenaran memang relatif, tetapi kita harus berpegang pada hukum positif," kata Gumilar dalam acara halal Bihalal di Gedung rektorat Universitas Indonesia, Depok, Senin.

Hadir dalam acara tersebut sejumlah dekan, yaitu Dekan Fakultas Ilmu Budaya Bambang Wibarata, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Dekan Bambang Shergi Laksmono, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Bambang Irawan, dan lainnya. Sedangkan tiga dekan yang berhalangan hadir karena juga sedang menyelenggarakan Halal Bihalal yaitu Dekan Fakultas Kedokteran Ratna Sitompul, Dekan Fakultas Ekonomi Firmanzah, dan Dekan Fakultas Ilmu Komputer T. Basarudin.

Gumilar mengatakan tidak mempermasalahkan adanya perdebatan pemberian gelar doktor honoris causa kepada Raja Arab Saudi tersebut, karena kampus merupakan tempat bebas untuk menyatakan berbagai pendapat. Ia menjelaskan, pihaknya bukan seorang diri menentukan pemberian gelar tersebut tetapi ada Komite Tetap Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa yang menilainya. "Tim tersebut bertugas untuk menilai layak tidaknya seseorang menerima gelar honoris causa, tentunya dengan standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditentukan," katanya.

Dikatakannya, tim tersebut terdiri dari para guru besar, anggota majelis wali amanat, senat akademik universitas. "Siapa saja boleh mengusulkan gelar doktor honoris causa, nanti tim tersebut akan menilai layak atau tidaknya," ujarnya.

Komite Penganugerahan Doktor Honoris Causa diketua oleh Prof. Dr. Ichramsjah A. Rahman, Sekretaris Rosari Saleh, dengan anggota Bagio Budiarjo, Haryoto Kusnoputranto, I MAde Kartika Dhiputra, Aniati Murni Arymurthy, Maswadi Rauf, Yasmine Shahab. Komite Penganugerahan Doktor Honoris Causa diperkuat dengan tim ahli yaitu Ketut Surajaya, Basuni Imanudin, Hariyadi Wiarawan, dan Makmur Keliat.

Lebih lanjut Gumilar mengatakan, selama 2009-2011 ada sembilan tokoh yang mendapat gelar tersebut dengan proses dan mekanisme yang sama, tetapi hanya Raja Arab Saudi yang mendapat perhatian khusus. Tokoh-tokoh tersebut adalah Taufik Ismail dalam Ilmu Sastra, Taufik Abdullah dalam Ilmu Sejarah, Isidiro F. Aguillo Cano (Sistem Informasi), BJ Habibie (Filsafat Teknologi). Selanjutnya adalah Abdullah Gul (Ilmu Politik), Sultan Halsanah Bolkiah (Filsafat Kemanusiaan dan Peradaban), A.P.M Heintz MD (Humanistic Medicine).

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement