Senin 08 Aug 2011 14:06 WIB

Sekolah 'Beralaskan' Lumpur, 200 Siswa SMP di Riau Belajar di Tenda

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM - Sekitar 200 siswa SMP Negeri 28 Batam, Provinsi Kepulauan Riau, terpaksa belajar di tenda dan masjid terdekat, karena sekolah mereka dilanda banjir dan dipenuhi lumpur. "Siswa kelas I dan II belajar di luar sekolah, karena jalan masuk ke dalam kelas ditutupi lumpur dan banjir," kata guru SMP Negeri 28 Isel Sariadi di Batam, Senin (8/8).

Lebih dari 100 siswa kelas I yang terdiri dari empat lokal terpaksa belajar di tenda yang didirikan tepat di halaman luar sekolah yang dibangun warga. Sedang sekitar 100 siswa kelas II belajar di Masjid Baitul Mutmainah yang terletak di perumahan terdekat.

 

Sedangkan seluruh siswa kelas III tetap belajar normal di dalam kelas yang terletak di lantai dua gedung sekolah. Air yang menggenangi halaman sekolah memutus akses siswa untuk masuk ke dalam kelas karena air mengelilingi ruang belajar.

Isel mengatakan kebijakan untuk memindahkan lokasi bekajar diusulkan oleh warga sekitar. Tenda pun didirikan warga yang kasihan dengan kondisi sekolah.Ketua RW 24 Kecamatan Batam Kota, Salimin, mengatakan warga sedih melihat kondisi sekolah yang selalu terendam banjir bila hujan lebat.

"Kami kasihan melihat siswa, setiap mau belajar harus gotong royong membersihkan kelas dulu," kata dia meneteskan air mata.

Ia meminta Wali Kota Batam segera membenahi kondisi sekolah yang terletak di cekungan, sehingga selalu banjir. Wakil Gubernur Kepulauan Riau Soerya Respationo meminta pemerintah kota segera membenahi saliran air dari perumahan-perumahan sekitar agar tidak mengalir ke SMP 28.

"Saya sudah bilang ke Pak Wakil Wali Kota untuk segera mengadakan pertemuan dengan pihak-pihak terkait agar menyelesaikan masalah," kata dia saat meninjau lokasi.

Alat berat berupa beko, kata dia, sudah disiapkan untuk membuat aliran air agar tidak mengalir ke sekolah. Sementara Wakil Wali Kota Batam Rudi mengatakan meminta agar seluruh pengembang yang berada di sekitar sekolah untuk memenuhi rencana desain awal pembangunan, agar tidak banjir.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam Muslim Bidin mengatakan banjir memang kerap melanda SMP yang terletak di Kecamatan Batam Kota. Sejak bangunan sekolah jadi tahun 2008, banjir sudah menjadi langganan bagi siswa. Namun, biasanya air langsung surut begitu hujan berhenti.

Sistem drainase yang buruk ditambah pengerjaan rumah yang lokasinya lebih tinggi dari gedung sekolah membuat air tidak bisa mengalir, kata dia. Seorang warga sekitar berusia 12 tahun bahkan meninggal dunia saat hendak melewati sekolah, pada April 2011.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement