REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Kejujuran sudah menjadi musuh di negeri ini. Kejadian pahit yang dialami Siami, seorang penjahit yang berani berkata jujur mengungkap kecurangan dalam Ujian Nasional (UN) di SDN II Gadel, Surabaya menjadi buktinya.
Ketua Forum Musyawarah Guru Jakarta, Retno Listyarti, menyatakan bahwa peristiwa kelam yang dirasakan Siami ini menandakan kejujuran tidak lagi dimuliakan dan dijunjung tinggi oleh masyarakat. Bersikap jujur dan berani bicara, kata dia, dianggap sebagai aib dan tak menggunakan hati nurani.
Menurut Retno, pengalaman Siami yang harus menghadapi tekanan harusnya diapresiasi publik. Sayangnya, bangsa malah mencemoohnya. Hal itu menandakan masyarakat sedang mengalami defisit kejujuran akibat terjadinya defisit kejujuran di kalangan elite pemimpin negeri.
''Masyarakat sedang mengalami ‘sakit’ akibat elite memberi teladan buruk,'' katanya.
Dia mengatakan bahwa banyaknya pemimpin bangsa yang berbohong guna menutupi praktik korupsi telah ditiru masyarakat. “Itu karena elite terlalu sering menghindari jeratan hukum dan ditiru masyarakat,” jelas Retno dalam acara Deklarasi Masyarakat Sipil Pendukung Bu Siami di gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Kamis (16/6).
Acara itu juga dihadiri Rektor Paramadina, Anies Baswedan; akdvokat Todung Mulya Lubis, aktivis muda Yenny Wahid, mantan menteri perdagangan Fahmi Idris, dan sosiolog Imam B Prasodjo, serta mantan panglima TNI Indriarto Sutarto.
Retno menyebut kecurangan UN jelas bertentangan dengan tujuan pendidikan dan menghambat upaya pemberantasan korupsi. Kecurangan dalam berbagai jenjang pendidikan telah terbukti menamkan virus korupsi pada generasi muda bangsa. “Masalah ini harus jadi perhatian pemerintah,” ujarnya.