Selasa 01 Jul 2014 08:16 WIB

Lima Kesalahan Fatal JK di Debat Cawapres

Rep: C75/ Red: Citra Listya Rini
Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan ada lima kesalahan fatal yang dilakukan Jusuf Kalla, dalam debat keempat cawapres dengan tema pembangunan SDM dan IPTEK di Hotel Bidakara, Ahad (29/6) lalu.

Pertama, JK tidak menangkap pertanyaan moderator. Dan malah meminta moderator mengulangi pertanyaan kembali. Kemudian, JK juga tampak tidak nyambung karena memunculkan pertanyaan baru saat diberi kesempatan menjawab. 

"Untung saja moderator pintar mengalihkan kesalahan fatal pak JK," kata Pangi kepada Republika, Selasa (1/7).

Selain itu, kedua, evaluasi yang disampaikan JK dalam debat belum struktural karena solusi dalam debat dikonsepkan pada kepentingan yang lebih kecil. Artinya, jawaban JK lebih personal. 

"Nampaknya, JK kurang mampu mengartikulasikan baik ide maupun gagasannya secara detail, terstruktur dan sistematis, sehingga mudah didalami dan  dipahami," ujar Pangi.

Ketiga, JK terkesan menyerang lawan debatnya, Hatta Radjasa. Misalnya, mempertanyakan kebocoran Rp 1.000 triliun. Selain itu, JK  juga menyerang soal inovasi apa yang mengembirakan ketika Hatta menjadi Menristek. "Ternyata, Hatta menjawab dengan baik sehingga JK blunder," katanya.

Pangi mengatakan kesalahan keempat adalah apa yang disampaikan JK bias dan mengambang serta masih gagap.  Starting point dan substansi JK kurang jelas dalam debat dan susah ditangkap publik. 

"Maklum faktor usia JK yang sudah 72 tahun. Artinya daya ingat JK sudah melemah. JK tidak terlihat seperti 10 tahun yang lalu, cukup cerdas, visioner, rasional dan commen sense. Dalam debat kali ini relatif tidak muncul lagi," katanya.

Kelima, JK terlihat sudah tidak konsisten. Contohnya, dulu JK kurang sepakat pendidikan gratis sekarang justru mendukung. Dulu JK promotor  dan inisiator Ujian  Nasional (UN) sekarang JK ingin evaluasi. 

"Dulu ia pernah bilang kalau Jokowi jadi presiden bisa hancur negara ini, sekarang kok mau jadi cawapres Jokowi. JK terkesan inkonsisten antara kata dan perbuatan, tentu menurunkan citranya sendiri," kata Pangi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement